Don't Judge A Book By It's Cover

Cloverbean
Chapter #6

CHAPTER 5 - Can I Trust You?

“Nanti pulang sekolah kita belajar bersama ya, Jess.” Sintia berkata padaku sembari memberikan hasil fotokopi padaku. Dia mengeluarkan beberapa lembar kertas dari map birunya dan meletakkannya di mejaku. Beberapa hari belakangan ini aku dan sintia berserta beberapa temannya lebih sering bersama. Kami pergi ke perpustakaan untuk mencari buku, mencocokan pr bersama bahkan sering belajar bersama di rumah sintia. Hal-hal yang tidak pernah aku lakukan dengan Nadia dan Lily. Lily karena kami berbeda jadwal sedangakan Nadia lebih sering pergi dengan urusan pekerjaan part time-nya.

Aku mengangguk, mengambil kertas itu dan memasukkannya di dalam tasku. Sintia sudah kembali ke tempat duduknya yang berada di barisan belakang bersama kelompok temannya. Nadia datang seperti biasa dengan rambutnya yang dikuncir satu dan tas punggung yang baru berwarna ungu gelap.

“Ah akhirnya. Panas banget di luar.” Nadia memposisikan dirinya di sebelahku dan menghela napas lega.

“Masih pagi loh, Nad.” ujarku

“Iya tetapi panas udaranya, mana kita harus naik 4 lantai.”

Nadia mengeluarkan air minum dari dalam tasnya dan meneguknya dengan cepat. Dia mengeluarkan tempat pensil dan buku karena sebentar lagi pelajaran pertama dimulai. “Oh iya, fotokopi buku obatnya mana, Jess?” Nadia mengulurkan tangannya berharap aku memberikan hasil fotokopi seperti biasanya. Aku sedikit bingung dan kuputuskan untuk menjawab, “aku difotokopiin Sintia Nad, coba kamu minta dia.”

Nadia terlihat sedikit terkejut, dia membalikkan badan untuk melihat ke arah Sintia yang sedang asik berbincang dengan teman-temannya. Aku melihat sekilas Sintia memandang ke arah Nadia sebelum memalingkan pandangannya dengan cepat. “Ah gak usah deh nanti aku minta yang lain aja.” ujar Nadia.

~

Saat istirahat seperti biasa, Aku, Lily, dan Nadia berkumpul di kantin. Nadia seperti biasa sedang sibuk membicarakan dirinya dan hal-hal yang terjadi di sekitarnya, Lily terlihat mendengarkan sembari mengangguk beberapa kali dan aku hanya sibuk menyantap makananku. Terkadang aku sering merasa leftout saat bersama Nadia dan Lily. Bukan maksudku untuk tidak menanggapi atau tidak peduli, namun aku sendiri terkadang tidak mengerti dengan pembahasan Nadia. Terlebih dia sering membicarakan dirinya sendiri dibandingkan hal lain.

“Nanti malem ke café yuk.” ajak Nadia.

“Aku enggak bisa, Nad. Ada acara keluarga.” jawab Lily.

“Kalau kamu, Jess?”

“Aku ada acara juga, Nad.”

“Oh yaudah gapapa.” Nadia menanggapi, nada suaranya terdengar sedikit kecewa namun memang benar aku ada acara belajar bersama Sintia dan teman-temannya, dan aku akan lebih memilih untuk belajar mendekati waktu ujian seperti sekarang dibandingkan pergi ke café yang jelas-jelas akan menghabiskan waktu.

Pada istirahat selanjutnya aku memutuskan untuk pergi ke perpus dan mencari buku tambahan yang aku perlukan untuk tugas kelas kami besok lusa. Seperti biasa Sintia menemaniku mencari buku. Kami berdiskusi sebentar tentang buku itu sebelum memutuskan buku apa saja yang perlu dipinjam.

“Aku lihat Nadia selalu ganti baju sebelum pulang akhir-akhir ini.” ujar Sintia saat kami sedang duduk membaca beberapa buku.

“Iya, dia langsung kerja katanya.” jawabku.

“Oh gitu. Kerja di mana?”

“Di perusahaan kertas katanya.”

Sintia mengangguk dan kami melanjutkan membaca dalam diam sampai bel istirahat selesai berdering. Kami berjalan menuju ruang kelas dan aku melihat Nadia sedang berjalan keluar kelas membawa tasnya. Aku bingung, bukankah ini masih jam pelajaran. Aku berusaha menghampiri Nadia namun dia sudah berjalan menjauh. Aku putuskan untuk masuk ke kelas karena jam pelajaran akan dimulai. Aku mencoba bertanya kepada beberapa teman ke mana Nadia pergi namun mereka tidak tahu, mereka hanya melihat Nadia terburu-buru mengambil tasnya dan berjalan keluar. Apakah dia membolos? Apa karena aku tidak berbagi tugas fotokopi? Aku sedang termenung sebelum Sintia datang dan duduk di sebelahku menggantikan Nadia dan kami mulai bercakap-cakap lagi sembari menunggu guru datang.

~

Hari ujian praktik pun tiba, aku mempersiapkan semua pelindung diri dan beberapa literatur yang sudah difotokopi kemarin. Ujian praktik ini merupakan penilaian individu sekaligus penilaian kelulusan bagi kejuruan kami. Kami akan masuk satu persatu untuk mengambil undian berisi no meja. Tempat kami melakukan praktikum. Aku mengambil gulungan kertas yang sudah disiapkan pengawas. Aku membuka kertas itu dan segera kumenuju no meja yang tertulis di kertas tersebut.

'Oke bagus aku mendapat tugas membuat tablet cetak langsung.' batinku dalam hati. Materi ini paling mudah dibandingkan pembuatan obat lain. Aku melihat sebelahku dan depanku yang belum terisi.

Deg

Nadia datang dari kejauhan. Aku merasa aneh ketika dia membawa barang yang seperlunya. Apakah dia tidak jadi meminta fotokopi pada Sintia? Buku – pun tidak dibawanya. Jangan bilang dia ingin meminjam padaku lagi?

Lihat selengkapnya