“Yess!! Keterima!!” teriakku mengarungi seluruh kamarku. Teriakanku di pagi hari membangunkan ibuku yang berada di salah satu ujung kamar. Aku tidak bisa menutupi wajahku yang berseri – seri karena aku bisa diterima di suatu perusahaan yang sesuai dengan jurusanku. Terserah itu besar ataupun kecil, aku sudah bersyukur.
Aku segera menghubungi Sintia, Lily, bersama teman lain untuk berkumpul merayakan ini.
Memasuki cafe, aku berlari kecil ke arah punggung yang sudah kupastikan itu milik Sintia. Aku berniat untuk mengagetinya,
“Sin! Hehe.” aku menepuk punggungnya dengan keras. Tetapi responnya tidak sesuai dengan ekspektasiku.