Don't Let Me Love You

rav_
Chapter #5

Hari Lahir Adalah Kematian

Aire tak bisa menghentikan langkah. Seolah ia makin dekat dengan sosok serba hitam itu. Ia memejam, merasakan hawa hangat yang familiar. Sebuah jemari kekar memegang tengkuknya dengan lembut. Sekilas Aire seolah merasakan sesuatu yang amat manis sekaligus dingin menyentuh bibirnya. Begitu lembut.

"Apa itu tadi sebuah ciuman?"

Spontan kedua telapak tangan Aire menutup mulut.Netranya masih terpejam dan diselimuti dengan rasa cemas. Ini adalah kali pertama, ia berciuman.Dan itu ia lakukan bersama seorang pria iblis. Entah apalagi yang akan terjadi selanjutnya, Aire menyadari telah membuat keputusan yang salah.

"Buka matamu!Apa yang kau takutkan?"

Aire mengerjap pelan. Sekujur tubuhnya merasakan tiupan angin yang terasa sejuk. Iblis itu bersiul, lalu angin kembali berembus hingga menerpa wajah Aire, meniup pelan surai kecoklatan gadis itu.

"Di mana ini?" tanya Aire. Gadis itu menatap sekeliling, seulas senyum menghiasi wajah dan mengisyaratkan sebuah kekaguman.

Keduanya kini berada di bawah pohon besar yang rindang yang dikelilingi hamparan rumput luas dengan bunga-bunga bermekaran.Tanpa membuang waktu, Aire menuruni bukit rendah di mana pohon itu tumbuh. Ia berlarian di taman bunga warna-warni yang setiap kelopaknya terasa lembut.

"Ini sangat indah? Bagaimana bunga bisa tumbuh di sini? Seharusnya semua berguguran di musim ini."

Pria iblis itu hanya menatap dari atas bukit sembari menyilangkan tangan di depan dada. Ada yang aneh dengan Aire, gadis itu tidak merasa takut bahkan jika ia membawanya menyebrangi dunia yang tak akan pernah ditemukan sekali pun.

Apa dia tidak merindukan keluarganya? Masih dalam pandangan si iblis, sosok Aire berlarian mengejar kupu-kupu sembari bersenandung ria.

"Kenapa dia justru bahagia? Aku mencoba menghancurkannya."

Aire memetik sebuah bunga berwarna ungu, lalu berlari menghampiri Shall dengan terburu. Ia sedikit terengah begitu sampai di atas bukit, tetapi senyuman tak pernah luntur dari wajahnya.Gadis itu mengusap peluh di sekitar pelipis, lalu mengulurkan bunga itu pada Shallyang tengah duduk bersandar pada pohon.

"Apa nama bunga ini?" tanya Aire.

Shall menoleh dengan tatapan sinis. Lalu berkata dengan enggan, "Bunga Iris."

"Bunga ini sangat indah."

Gadis itu tersenyum lebar kala Shall mengambil duduk di sampingnya. Ia sedikit bergeser untuk lebih dekat, tetapi pria iblis itu kembali mengambil jarak.

"Kenapa? Kenapa kamu tidak mau berdekatan denganku?" Aire berpindah ke depan Shall, menatap pria itu tepat pada manik gelap dengan tatapan tajam yang sayangnya sama sekali tak menakuti Aire.

"Ah, tidak hanya manusia. Iblis pun tidak mau berdekatan denganku. Ini menyebalkan."

Aire kembali bergeser, kemudian menghirup aroma bunga yang tadi dipetiknya. Ia menatap pada hamparan bunga warna-warni yang sedikit bergoyang karena tertiup angin.

"Ayo bersiullah! Paksa angin itu bergerak ke sini!" Aire beranjak sembari menunjuk bunga-bunga.

Shall mengernyit heran, pria itu mendengus kesal. "Dan sekarang kau memerintahku? Aku benar-benar salah memilihmu. Jika saja tidak terikat perjanjian, aku pasti sudah menghabisi nyawamu."

Lihat selengkapnya