SHALLÂ pernah berpikir bahwa Aire adalah perempuan ramalan takdir yang akan membuat permen terlezat seperti yang pernah disentuhnya terakhir kali sebelum kakek buyut tua itu mengurungnya dalam guci.
Pria iblis itu duduk menghadap hamparan Padang rumput. Ia sangat penasaran akan pilihan yang diambil Aire. Sekali lagi ia memejam, lalu menjentikkan jari. Namun sia-sia, tak ada ramalan yang terbaca seolah takdirnya dan takdir gadis itu telah terputus.
"Apa dia benar-benar mengkhianati perjanjianku? Jika begitu aku harus mengambil jiwanya lebih awal dengan cara apapun," gumam Shall.
Beberapa hari lalu gadis bernama Hara membuat sebuah ritual pemujaan dengan sebuah permen yang begitu lezat. Shall masih mengingat jelas rasa dari gula itu, sangat manis, tulus, dan penuh permohonan.Seulas senyum miring menghias wajah dingin Shall.Ia baru menyadari bahwa ia telah menyepelekan takdir. Mungkin di hari kelahiran, Aire memiliki aroma semanis permen yang hanya dapat tercium olehnya.Namun takdir bisa saja berubah, dan mungkin saja Hara-lah yang menjadi gadis ramalan yang ia cari selama ini.
****
"Enak saja dia mengatai aku anxiety.Apa dia benar-benar psikiater?"Aire menggerutu kesal karena pertemuannya dengan dokter kejiwaan itu tak membantu justru buatnya semakin tertekan.
Perempuan dewasa dengan jas dokter itu meminta Aire berkata jujur tentang apa yang membuatnya tertekan dan gelisah selama ini.Aire justru menceritakan segala hal tentang Shall. Namunbukannya percaya, perempuan itu justru menyarankan Aire untuk dirawat di RSJ.Aire langsung menutup jendela kamarnya dengan kesal. Gadis itu menarik napas dalam, lalu mengeluarkan teriakan kencang; mencoba melampiaskan seluruh rasa kesal yang ada.
"Shall!"
Sunyi. Aire mendengus kesal dan menghentakkan kaki beberapa kali. Mustahil ia keluar dari kamar yang telah dikunci dari luar oleh kedua orang tuanya.Lantas bagaimana ia bisa mencari bahan untuk membuat permen?
"Ada apa, Manusia Payah?"
"Buka pintu dari luar dengan sihirmu. Aku mau keluar dari sini?"
Pria iblis itu menatap nanar. Shall benar-benar menyesal memilih perempuan bodoh ini. Mereka melakukan perjanjian dengan ketentuan Aire melayani Shall dengan permen. Dan baru saja perempuan itu memerintahnya?
"Atau aku tidak akan membuat permen lagikalau tetap terkurung di sini. Itu salahmu! Lupakan saja permen terlezat dan bunuh saja aku.Lebih baik mati daripada tinggal di RSJ."
Iblis itu tersenyum miring. "Sepertinya itu menarik. Melihatmu tinggal diantara orang yang kehilangan arah."
Sekali jentikan tangan, pintu kamar Aire terbuka. Gadis itu terperangah, spontan melompat senang, dan meraih ransel di atas ranjang. Meski ada rasa cemas bila kedua orang tuanya mengirimAire ke pusat rehabilitasi, tetapi yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan nyawanya.