"Selamat malam, Tuan Jules,"
Adelaine tidak pernah mendengar suara itu, mungkin karena tidak pernah pula bertemu dengan si empunya suara. Adelaine spontan berbalik. Mata cokelatnya langsung bertemu dengan manik kuning emas menawan yang asing. Di pekarangan mereka, berdiri seorang pria berjas ungu gelap yang jelas mahal, rambut panjang yang diikat ke belakang, dan sepatu yang mengilap. Pria ini benar-benar dipenuhi dengan kharisma. Adelaine sampai tidak bisa memalingkan pandangannya untuk beberapa saat. Adelaine menjadi seperti perempuan-perempuan dalam layar perak yang terhipnotis oleh tampang lawan jenisnya. Perempuan itu tersadar ketika dia mendengar seruan Oswald.
"Tuan Harlan? Apa itu kau?" Oswald langsung berdiri, dia mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke lantai, berjalan ke asal suara pria itu. Tuan Harlan langsung menarik Oswald ke dalam pelukan. Ditepuk-tepuknya punggungnya akrab.
"Selamat datang kembali ke Greenford, teman baikku! Sudah lama sekali aku tidak melihatmu!"
Oswald tersenyum mendengar sambutannya. Mereka melepas pelukan. Tuan Harlan melirik keadaan fisik Oswald yang kacau-- melihat lurus ke arah kekosongan, kantung mata yang jelas, badan tegap yang menjadi lebih kurus dari sebelumnya. Sungguh! Oswald jelas berpenampilan seperti orang depresi.
"Apa yang terjadi padamu, Oswald? Kenapa jadi seperti ini?" Oswald tersenyum pahit. Adelaine yang melihat dua teman lama itu bertemu hanya mengunci mulut dan memerhatikan situasi.
"Ceritanya panjang, Regis. Aku benar-benar tidak percaya dapat bertemu denganmu lagi."
"Ceritakanlah padaku, Oswald! Oh, kita butuh berbincang panjang! Bagaimana kalau mampir ke rumahku sebentar?"
Dengan begitu, mereka bertiga telah duduk di ruang tamu Tuan Regis Harlan, disuguhi teh, beberapa kue kering dan duduk disamping perapian yang nyaman. Diselimuti oleh interior indah dan megah, Adelaine jadi teringat kembali pada manor Jules yang baru saja mereka tinggalkan. Matanya melirik ke beberapa tempat, melihat-lihat setiap detail ukiran maupun furnitur milik Regis. Di sisi lain, Regis dan Oswald tampak saling memperhatikan satu sama lain, berbincang tanpa mengalihkan pandangan mereka sedikitpun.
"Terima kasih, Opela," Regis mengangguk pada gadis pelayan yang membawa cangkir teh dan suguhan manis. Gadis itu masih cantik, muda, bisa jadi seumuran dengan Adelaine. Dia memiliki rambut pirang yang ditata rapih, memakai aksesoris yang sesuai dengan setelan kerjanya.
Opela tersenyum manis pada tuannya sebelum membungkuk undur diri dan keluar dari ruangan. Tepat ketika pintu ruang tamu tertutup, suara Oswald mengikuti deraknya.
"Aku telah bangkrut. Mattheo mengkhianatiku, aku seharusnya tahu untuk tidak pernah mempercayai lelaki itu." Oswald melampiaskan kekesalannya. Dia menatap lurus ke arah suara Regis berada.
"Nama Jules telah tiada, nama itu tidak lagi menjadi yang paling hebat." ujar Oswald lagi. Lama kelamaan, dia menjadi kembali frustasi karena menceritakan segala masalah yang menimpanya. Adelaine menatapnya dengan raut sedih. Diusapnya lengan suaminya lembut dan Oswald menoleh, memberikan senyuman tipis sebelum kembali lurus ke arah Regis.