Don't Take My Coffee Away!

Vika Rahelia
Chapter #3

SATU RAHASIA LAGI

Hubunganku dengannya berjalan lancar dan Bino sepertinya sibuk akhir-akhir ini, sehingga tidak pernah lagi menggangguku. Hingga perayaan hubungan kami yang tepat satu tahun.

Kala itu ia mengajakku makan malam di sebuah restauran favorit kami, di tempat tertinggi di Jakarta, dengan pemandangan gemerlap Jakarta di malam hari, ia mengeluarkan sebuah pertanyaan yang pernah merubah hubunganku dengan Bino menjadi neraka.

”Maukah kau menjadi istriku, Melisa Adrianto?” Dengan menyebut nama lengkapku sebuah cincin berlian tersimpul dari dalam kotak yang ia buka di depanku. Lama aku termenung, mengkhawatirkan hal-hal yang belum kuungkap dengan jujur kepadanya, ia memang beberapa kali mengantarku ke rumah tempat dimana aku dan Bino tinggal, tetapi aku tak pernah menceritakan dengan siapa aku tinggal di rumah itu. Orang tuanya pun menerimaku dengan lapang walau aku berstatus janda bahkan orang tuaku pun sangat suka pada Adrian.

Lama aku termenung,

”Katakan sesuatu Lisa, kalau kau butuh waktu untuk menjawab silahkan. Aku tahu kau pasti khawatir karena pengalamanmu sebelumnya, tetapi aku berjanji akan membahagiakanmu.”

Aku menitikkan air mata mendengar segala ketulusannya, langsung kupeluk dan memakainya di jariku walau aku bingung bagaimana memulai penjelasan mengenai hal-hal yang belum kuceritakan kepadanya. Terlebih setelahnya ia mengajakku ke lounge milik Bino untuk merayakannya.

Setibanya disana aku melihat Bino dan mulai khawatir, takut jika Bino keceplosan sesuatu yang belum kuceritakan kepadanya. Saat itu, aku pun telah mengenakan cincin pemberian Adrian dan kulihat Bino melihat dan mulai menghampiri kami. 

”Hei, Adrian? Kita seangkatan di UCLA juga kan?” 

”Yah, aku ingat, kau Bino! Ngapain sekarang?” 

Bino dan Adrian ternyata pernah kuliah bareng di Amerika dan Bino ingat dengannya walau ia tidak berteman dekat.

”Dia pemilik lounge ini.” Jelasku.

”Ahh, jadi ini Bino mantan suamimu itu?” 

Entah karena mereka mengobrol dan bernostalgia sangat lama, aku jadi bosan dan meminum setiap gelas yang disodorkan kepadaku dan aku tidak makan malam yang cukup saat itu karena lamaran mengejutkan dari Adrian sehingga lambungku berulah dan akhirnya muntah, lalu diantar pulang Adrian diikuti Bino. Yang pada akhirnya ia menjadi tahu bahwa kami masih tinggal serumah, bagian yang belum kuceritakan kepadanya.

Keesokkan hari, ia kembali ke rumahku dengan membawa sarapan favoritku karena merasa bersalah akibat semalam.

“Pagi, bagaimana keadaaan Lisa?” Tanya Adrian kepada Bino yang baru keluar dari kamarku.

“Pagi, dia ada di dalam. Masuk saja!” Jawab Bino datar.

Lihat selengkapnya