Done

Anggi Luki Apriliyani
Chapter #1

Perkenalan

Sore itu di cafe aestetik tepatnya di outdor cafe, aku duduk sendiri ditemani riuh suara keyboard laptopku sembari menikmati segelas coklat dingin full dengan es batu, sesekali aku melihat ke semua sudut di cafe tersebut mencari inspirasi untuk tulisannku, namun entah mengapa dari salah sudut cafe tersebut aku untuk pertama kali menemukan seseorang bermata indah dengan senyumnya yang manis sedang asyik menerima telpon dari seseorang. Mataku rasanya tak ingin berpaling dan masih bertahan selama kurang lebih 5-10 menit menatapnya dengan bibir yang tiba-tiba melengkung membentuk bulan sabit. Saat itu aku berfikir apakah ini yang disebut cinta pada pandangan pertama.

" Permisi maaf mbak, ini kentang gorengnya, maaf agak kelamaan nunggu!"

Suara pelayan cafe itu tiba-tiba membuyarkan pandanganku yang semula hanya berfokus pada lelaki yang terlihat manis di ujung sudut cafe. Aku terperangah kaget dan spontan menjawab pelayan itu.

" Oh, ya mas, gak apa-apa. Terimakasih." Ucapku sembari menundukkan kepala.

Pelayan perlahan pergi meninggalkanku dengan perasaan yang aku sendiri juga bingung, aku kembali menatap ke arah sudut cafe dimana laki-laki itu duduk, dan iya aku masih menemukannya di sana. Aku kembali menatap dan menikmati pemandangan indah itu, anehnya sesekali laki-laki itu sadar dan menatap ke arahku, aku kemudian mencoba memalingkan muka ke arah layar laptopku, saat tatapannya tepat segaris lurus dengan pandanganku. Aku kembali menatapnya setelah beberapa menit iya kembali menerima telpon lagi, aku masih curi-curi pandang memperhatikannya hingga akhirnya ia pergi meninggalkan meja dengan posisi masih berbicara dengan handphonenya.

Seperti mendapat inspirasi, aku kembali mengetik di laptopku, melihatnya seperti menemukan sumber inspirasi baru hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB, aku memutuskan pulang dan meninggalkan cafe tersebut. Aku pulang jalan kaki karena jarak cafe yang tidak terlalu jauh dari rumah, di sepanjang perjalanan aku menikmati lampu-lampu jalanan dan pemandangan city light yang membuatku cukup tenang, sesekali aku juga memotretnya dan mempostingnya di akun media sosialku. Aku menikmati perjalanan dengan sangat tenang sembari berkata dalam hati.

" Besok kira-kira kalau aku ke cafe itu bakalan lihat dia lagi gak ya?" debatku sendiri dalam hati.

tint-tint-tint......

Awalnya tenang, tapi giliran sudah hampir sampai di penyeberangan lampu merah suara klakson mobil membuyarkan rasa tenang yang selama perjalanan aku nikmati. Aku lantas memperhatikan dan sedang mencari-cari apa yang sedang terjadi dan mengakibatkan ke riuhan ini. Aku berjalan cepat hingga sampai di batas penyeberangan dan menemukan ternyata di depan sedang terjadi kecelakaan. Aku yang takut melihat darah tanpa pikir panjang langsung putar arah dan mencari jalan pintas agar tidak melihat jelas kejadian tersebut.

" Al... "

Aku mendengar suara yang aku kenal dari salah satu mobil yang terjebak macet karena tragedi kecelakaan tersebut, dan ya, ternyata suara itu adalah suara Reina Arumi, sahabatku semenjak dari bangku SMA hingga saat ini kami masih kuliah. Aku kemudian membalasnya dengan lambaian tangan.

" Oy,sini!" perintah Reina dari dalam mobilnya.

Aku pun bergegas berlari menuju ke arahnya dan masuk ke dalamnya.

Lihat selengkapnya