DONGENG-DONGENG MASA LALU

Nyarita
Chapter #1

TENTANG KELUARGAKU

Aku sekarang bukanlah aku yang dulu. Aku sudah memiliki anak dan suami. Aku hanya ingin sedikit berbagi cerita. Semoga cerita ini sampai ke ujung dunia, yang aku sendiri pun tak tahu apakah dunia ini ada ujungnya atau tidak. Di balik jendela sambil menatap langit, aku terbiasa menuliskan dan memikirkan segala kisah yang terjadi padaku. Ini adalah tentang aku, dia dan mereka.

Namaku Nuna Salmia. Cukup panggil Aku Nuna saja. Tapi teman-temanku biasa memanggilku Nusa, sih. Itu nama singkatku. Aku pun tidak keberatan jika mewarisi nama panggilan itu sampai saat ini. Kalau kata Ibu, namaku itu diberikan oleh Almarhum Kakek. Katanya nama Nuna adalah nama gadis cinta pertama Kakek. Untuk itu, Kakek keukeuh(1) harus menamai cucu pertama dengan nama itu jika lahirnya perempuan. Jika lahirnya laki-laki aku pun tak tahu, mungkin namanya Asep.

“Tau gak? Namamu itu hasil dari taruhan.”

“Hah?” Aku kaget menengok ke arah Ibu.

Ibu lalu mengangguk sambil menyuguhkan satu piring nasi goreng untuk aku sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

“Main apa?”

“Main gundu.”

“Emangnya Kakek sama Ayah bisa?”

“Eh, jangan salah! Kakekmu itu raja gundu sekampung!”

Aku tercengang sesaat sambil menyantap nasi goreng yang hampir berhamburan ke luar. Kemudian Ayah datang duduk di sampingku. Merebut nasi goreng dari hadapanku lalu dia lahap dengan tangannya. Kami selalu begitu, saling berebut makanan tanpa ada rasa jijik satu sama lain.

“Ah! Ayah hanya sengaja ngalah saja. Lagian Kakek kan udah tua, jika kemauannya tidak dituruti nanti dia nangis!”

“Itu dirimu!” Kata Ibu.

“Kan belum tahu Ibu hamil anak perempuan atau laki-laki, zaman dulu emang udah ada USG?”

“Iya pokoknya kalau anak perempuan namanya harus Nuna Salmia.”

“Kalau laki-laki?”

“Rhoma,” celetuk Ibu ngasal.

“Ha ha ha,” kami pun tertawa bersama karena Kakek memang senang sekali dengan lagu-lagu Rhoma Irama. Namun sayang sekali Kakek sudah meninggal ketika aku umur lima tahun karena penyakit diabetes. Padahal, banyak sekali yang ingin aku tanyakan perihal cinta pertamanya. Apa aku juga secantik orang itu. Dan pokoknya masih banyak lagi daftar pertanyaan yang ingin aku tanyakan pada Kakek.

Aku ingat, ketika aku masih berusia lima tahun, kata Kakek begini, “nanti jika kamu sudah dewasa, kita berlayar bersama.”

“Bener, Kek?”

Lihat selengkapnya