Benar saja apa kataku. Baru saja aku diutus dan menjabat sebagai Sekretaris secara tak rela, tiba-tiba saja ada permintaan invite nomor BB. Zaman aku kuliah masih rame pakai BlackBerry, lagi ngetren pada saat itu. Kubaca siapa yang ingin berteman denganku, ternyata Adnan.
Aku tidak tahu dia mendapat nomor PIN aku dari siapa. Aku tidak langsung terima permintaan itu. Aku diamkan saja beberapa saat, namun setelah kupikir-pikir, takutnya ada hal penting yang harus segera aku buat sebagai Sekretaris. Akhirnya aku terima permintaan pertemanan dia meskipun seribu kali aku berpikir.
Pas awal kenal, aku masih jaim kepada Adnan. Sebenarnya tidak ada maksud untuk ke arah sana, aku hanya masih kesal dengan Adnan yang meresmikan aku menjadi Sekretaris tanpa mendengarkan aku terlebih dahulu.
“Kamu dimana?” Kata dia lewat pesan singkat. Tidak ada ucapan salam atau perkenalan diri. Adnan memberi pesan seolah kita sudah dekat. Kekesalanku terhadap Adnan semakin bertambah, aku menandai dirinya sebagai laki-laki yang tidak ada sopan santun.
“Di rumah,” kataku.
“Rumah kamu dimana?”
“Di Dago.”
Aku hanya menjawab secara singkat saja dan tidak basa basi. Meskipun ada sedikit perasaan yang mengganjal dalam diriku, perasaan yang terus mengguncang hati. Menjawab pesan harus berpikir lama, aku tulis kemudian hapus lagi dan aku tulis lagi, begitu saja di sepanjang percakapan dengan Adnan.
“Bisa ketemu?”
“Mau ngapain?”
“Saya mau nyuruh.”
“Nyuruh apa? Kan bisa lewat chat.”
“Gak bisa, nanti gak ngerti, malah banyak salah lagi.”
Sesaat aku tak membalas, aku mendengus kesal karena dia seolah menganggap aku gak bisa apa-apa. Kemudian rasa kesalku semakin bertambah dan menyebut Adnan sebagai laki-laki yang gak sabaran dan suka nyuruh-nyuruh.
“Jadi gimana?” Dia chat lagi dan langsung aku baca karena aku sedang berada di room chatnya Adnan.
“Iya.”
“Iya apa?”
“Iya kita ketemu di kampus, di lobby utama jam 12.00,” kataku.
Namun chat itu hanya di read saja olehnya. Mungkin Adnan tahu bahwa aku mempertegas ucapanku. Aku biarkan saja, biar tahu rasa, bahwa menjadi manusia itu harus punya rasa sabar he he he.
Aku tak peduli waktu itu, aku segera siap-siap karena ke kampus itu butuh waktu kurang lebih satu jam plus minus jika macet. Belum lagi harus jalan kaki. Walaupun sebenarnya hari ini aku sedang tidak ada kuliah, tapi aku berencana numpang tidur di kosannya Ica. Dan aku pun sudah meminta izin pada Ica dan mendapat cap iya darinya.
***
Aku tidak langsung ke kampus melainkan ke kosan Ica. Karena aku masih punya waktu untuk main ke kosan Ica sebelum janjian sama Adnan. Disana juga ada Rini tadi aku chat sebelum pergi. Kami biasa barengan bertiga, biasanya kalau tidak ada jadwal kuliah atau Dosen sedang tidak masuk, aku, Rini dan Ica akan nobar drama korea yang sedang hits.