DONGENG-DONGENG MASA LALU

Nyarita
Chapter #16

SEBUAH KESEMPATAN

Hampir setiap pagi, Bunda datang ke kamar kami dan berkata begini.

"Hari ini siapa yang libur?" Kutengok satu per satu wajah mereka tapi tak ada yang bersuara. Biasanya kalau begini, harus ada relawan yang mengusungkan diri. Mereka sering menghabiskan waktu di kampus dan pulang petang. Aku kebetulan masuk kuliah siang dan hanya satu mata kuliah. 

"Kenapa memangnya, Bun?" Tanyaku pada Bunda.

"Temani saya ke pasar," kata Bunda.

"Boleh, saya aja Bun." Kataku menawarkan diri. Daripada tak ada yang menjawab. Kebetulan waktu itu Mar sudah berangkat, hanya sisa beberapa orang saja di rumah singgah. Biasanya Mar yang akan ikut Bunda ke pasar. Aku pun belajar dari Mar. Dan tak enak saja jika aku tak mengikuti kebiasaannya. Walaupun tidak selalu Mar yang menemani Bunda, tapi seringnya Mar yang mengajukan atau usul untuk ikut dengan Bunda. Sebenarnya aku hanya tak enak, tinggal disana serba gratis dan dibiayai pula olah Bunda, untuk itu aku harus sedikit lebih rajin dari yang lainnya sebagai balas budi atas kebaikan Bunda, pikirku begitu waktu itu.

Aku kemudian bersiap untuk menemani Bunda ke Pasar, sementara yang lain bersiap ke kampus.  Aku dan bunda berjalan kaki, ini adalah kali pertama aku berjalan beriringan bersamanya. Di sepanjang perjalan aku hanya bisa diam, aku pun tak berniat membuka pembicaraan dengan Bunda, rasanya canggung bagiku, bagai ada benteng yang menghalangi.

"Sudah cek ke ATM?" Tanya bunda tiba-tiba yang membuatku meliriknya sebentar. Bunda memang sering menanyakan uang yang sering diberikan padaku. Entah untuk apa, tapi aku hanya berpikir bahwa Bunda begitu karena takut aku tidak punya uang.

"Sudah, " kataku

"Ada?" 

"Ada, Bun." 

“Oh. Sudah bayar uang kuliah?"

“Sudah.”

“Pakai uang itu dengan baik, itu rezeki kamu, jangan pernah nolak rezeki kalau memang butuh,” begitu katanya, aku hanya mengangguk saja waktu itu. Karena memang aku saat itu sedang terhimpit ekonomi. Ayah yang sering sakit, penghasilan Ibu dari menjahit tak seberapa, hanya mampu menopang ekonomi untuk sehari-hari saja.

***

Aku diam di lobby sendiri. Saat itu jam kuliah sudah selesai tapi aku tak buru-buru pulang, aku ingin berdiam diri dulu di kampus. Ica dan Rini tak ikut diam di lobby bersamaku, Ica mau jalan sama kekasihnya, dia sedang berkunjung ke Bandung, sedangkan Rini mau ada keluarganya ke kosan. Aku hanya membuka laptop sambil browsing yang tak penting sambil memanfaatkan wifi kampus. Ada wanita di sebelahku. Dia baru datang dan sedang berceloteh entah dengan siapa di telepon. Namanya Lestari, dia menyinggung masalah  pekerjaan dan aku sedikit ingin tahu karena saat ini kebetulan aku sangat butuh pekerjaan. Walaupun malu, tapi aku beranikan diri menyapa Lestari terlebih dahulu.

"Hai."

"Hai juga."

Lihat selengkapnya