DONGENG-DONGENG MASA LALU

Nyarita
Chapter #20

KENANGAN YANG PERGI

Pagi-pagi sekali Mar sudah berkemas. Menelisik setiap barang dan sesekali membuka tasnya karena takut ada barang yang tertinggal. Rupanya semua sudah siap diangkut. Tidak ada yang tersisa barang-barangnya.

“Kamu ini seperti mau pindah saja, Mar,” kataku.

“Memang mau pindah, kan?” Kata Mar sambil tersenyum.

Aku duduk disampingnya dan aku tetap berusaha membujuk Mar untuk tidak pergi. Aku ingin Mar menemaniku sampai akhir. Aku kira, aku dan Mar akan mengakhiri masa perjuangan secara bersamaan.

“Mar kamu yakin?” Meskipun sudah puluhan kali aku menanyakan itu pada Mar.

“Kamu udah bilang itu berapa kali, loh.”

“Berapa kali emang?”

“Ratusan, mungkin.”

“Ha ha ha.”

“Tapi aku serius, Mar, tidak bisa kamu tinggal disini lebih lama lagi? Aku nanti sama siapa?”

“Ada Ida.”

“Kamu pergi karena tak suka dengan Ida?”

“Nggak-lah, aku pergi karena memang harus pergi.”

“Mar!”

“Nus, ada kalanya yang berada di sisi kita harus pergi. Kamu disini baik-baik, titip Bunda, jaga Bunda baik-baik.”

Bahkan aku tak mengiyakan permintaan Mar, aku hanya tersenyum padanya. Semenjak perkuliahan kami, Mar tidak lagi terbuka tentang masalah pribadinya, aku hargai itu. Mungkin proses pendewasaan yang menjadikan dirinya menjadi seperti itu. 

“Mar!”

“Hmmm.”

“Aku boleh tanya?”

“Apa?”

“Kamu sudah punya kekasih?”

Mar tersenyum lalu melihatku.

“Kalau sudah memangnya kenapa?”

“Jadi bener?”

Mar diam tak menjawab pertanyaanku.

“Dia temanku di kampung, kamu juga kenal,” lalu beberapa saat setelah itu barulah Mar menjawab.

“Siapa?” Aku menggertak Mar. Kutanyai dia selagi Mar bersedia untuk menjawab pertanyaanku. 

“Burhan.”

“Burhan Kakak tingkat kita?”

Lalu Mar mengangguk.

Lihat selengkapnya