DONGENG-DONGENG MASA LALU

Nyarita
Chapter #36

KELUARGA YANG BAHAGIA

Di tahun keempat setelah lulus, Adnan melamarku dan kami menikah. Sempat waktu itu aku berpikir untuk memberikan undangan pernikahan kami kepada Bunda. Bahkan sempat aku pun merasakan rasa rindu karena lama tidak bertemu. Tapi, aku ragu dan akhirnya Adnan bilang padaku, “jika tidak ingin terluka lagi, maka sebaiknya jangan. Jika kamu sudah merasa baik, kenapa masa lalu harus diulang lagi," begitu katanya. Aku juga tidak mengundang Mar pada acara pernikahanku. Rasanya aku tak ingin Mar hadir, terlebih dia telah menghancurkan hatiku dan persahabatan kita. Namun kabar yang aku dengar, Mar pun telah menikah dengan teman kerjanya sesama Guru. Aku dapat kabar itu dari Ibu. Mar pun tidak mengundangku ke acara pernikahannya. Rasanya aneh saja bagiku, persahabatan kami dari kecil berakhir sia-sia. Kami menjadi sepasang wanita asing yang seolah tidak saling mengenal.

Sekarang aku hidup bahagia bersama Adnan dan buah hati kami yang baru saja lahir ke dunia di tahun lalu. Kini anak mungil itu telah bisa berjalan dan berlari. Gelak tawanya persis seperti Adnan. Mereka adalah kekuatanku dan penyemangat dalam hidupku.

Setiap akhir pekan, kami selalu menyempatkan diri untuk pulang ke kampung halamanku. Bertemu Ibu yang tak ingin pergi dari kampungnya meskipun diajak beberapa kali olehku. Melepas rasa rindu pada Ibu, dan Ibu pun demikian. Ibu selalu kangen dengan cucunya. Ini pun kami tengah bersiap akan pergi lagi ke rumah Ibu. 

Aku membawa satu keranjang bunga. Kutaburkan bunga-bunga segar itu di tempat peristirahatan Ayah. Aku sangat rindu Ayah, apalagi Ibu. Sebenarnya aku tak ingin membawa Ibu jika aku berkunjung ke rumah Ayah, karena Ibu pasti akan menangis. Hatinya terlalu rapuh karena sangat kehilangan. Cinta Ibu terhadap Ayah sangat aku kagumi. Sebegitu setianya Ibu pada Ayah. Aku hanya mampu menyeka punggung dada Ibu dan memeluknya. 

Lihat selengkapnya