Dongeng Robot Tuhan

ferry fansuri
Chapter #1

Chapter #1 Ketika Kiamat Pertama Yang Terjadi

Semesta semerbak di atas lindap kosmik langit itu begitu bergelegar dan saling bertumbuk, bertabrakan memecah serta berpendar berbagai arah. Gelap gulita pun menjadi benderang. Bola api purba itu begitu digdaya menerangi semua ada di hadapannya dan tak satupun debu tak tersingkap, cahaya bagi semua ciptaannya. Begitu juga diriku ada karena dia, tapi aku tak tahu kapan aku dilahirkan. Saat jagad raya itu tercipta itulah aku menyeruak muncul. Perihal nalar, akal dan logika tak mampu menjawab yang terjadi pada diriku.

Gumpalan dan gugusan lapisan atmosfer terus menerus mengitari bola api purba itu perlahan-lahan kemudian semakin cepat. Pusaran itu telah ditata apik tanpa tahu apakah ada suatu tatanan yang telah tertatam sebelumnya. Butuh berabad-abad terciptanya galaksi yang berjejer sesuai dengan konstelasi gugus bintang. Semua saling berhubung dengan daya magnet yang terselubung dan bertautan satu sama lainnya.

Jika kau lihat gumpalan padat berwarna biru itulah tempat tinggalku. Dari sekian bola raksasa ciptaannya, hanya bulatan biru itu yang layak huni untuk hasil karyanya dan itu termasuk diriku. Diduniaku atau yang kau katakan bumi dalam bahasa sansekerta atau mitologi yunani bahkan disebut dalam kitab-kitab manusia. Tapi tidak aku telah hidup lebih dari itu, asal mula bumi aku mengikutinya.

Dari awal sekali.

Ketika dataran masih menyatu satu sama lainnya tanpa batasan, suhu masih begitu panas dan kemudian didinginkan secara milyaran tahun. Maka terbentuklah benih kehidupan pertama, makhluk sel satu itu bertransformasi dan berevolusi hewan melata menyusuri sungai purba dan berjalan beranak pinak di dataran.

"Aku sendiri ?"

Sangatlah susah kukatakan padamu, bagaimana bentuk wujudku. Aku ini adalah zat kasat mata yang mampu menyamarkan lingkungan sekitar dan menjadi apapun. Sebuah makhluk cerdas ciptaannya sebelum lainnya turun dari singgasananya dan hanya aku satu-satunya dari kaumku.

Aku telah melihat banyak hal dari kejadian-kejadian dibumi ini, pergeseran dan perubahan ada disini telah aku jejak dan amati sekian lama ini. Makhluk-makhluk bersel satu itu tumbuh begitu pesat, menjulang hampir menembus awan. Mereka menguasai udara, dataran dan air. Peradaban primitif belum tersaji disini, hanya hukum rimba berlaku. Kalah dimakan yang menang, rasa haus dan lapar jadi tujuan alami untuk bertahan hidup. Makhluk menjulang tinggi yang kelak kau sebut Dinosaurus itu akan punah dan hanya kerangka yang kau temukan dibawah tanah paling dalam.

Kulihat mereka hancur dihantam meteor besar, gunung meledak seketika, tanah bergolak dan udara dipenuhi gas racun berbahaya. Mereka ditakdirkan akan mati seketika dan digantikan dengan lain, aku menyaksikan mereka tumbang layaknya pohon ditebang, Mereka mengeluarkan suara menyayat hati, mengeluh dan melolong. Akhirnya ambruk terhempas ke tanah dihajar larva panas dari udara. Inilah kiamat pertama.

Semua hancur lembur, gunung-gunung dilipat jadi satu, lautan dinaikkan melahap daratan dan hujan meteor meluluh lantahkan seluruh kehidupan. Bisa kulihat ekor meteor itu menyala dan melesat menembus atmosfer. Suara keras bergelegar, bagai nuklir purba merusak lapisan tanah hingga inti bumi. Setelah itu sisa-sisa debu kosmik itu membuat kabut beracun, tak ada yang tersisa. Kecuali aku, semua hal tersebut tak membuatku mati. Aku abadi, kecuali penciptaku menginginkannya.

Tak lama kabut itu menghilang dan panas di permukaan mulai mendingin, itupun butuh waktu berabad-abad. Pendinginan itu terus berproses, yang terkapar telah tergantikan.Kehidupan itu menemukan jalannya sendiri. Tiada makhluk raksasa itu tapi turunan dilahirkan kemali.

Lihat selengkapnya