Dongeng Robot Tuhan

ferry fansuri
Chapter #9

Chapter #9 Jangan Kau Cari Aku dalam Kegelapan Itu

Tahu kah kau siapakah aku? Kau tak akan tahu siapa aku. Kau tak akan pernah tahu, karena aku ada tapi tiada. Hanya bayangan dalam bayanganmu, aku bergerak cepat terkadang lambat. Aku mampu menyelinap disela-sela napas manusia, mencium bau busuk atau parfum murahan perek jalanan. Aku hidup lebih lama daripada negara ini diciptakan. Iblis? Dajjal? Ah bukan, aku bukan mereka, aku punya rasa manusia seperti kalian yang mempunyai napsu dan akal.

Tiap peristiwa ada negara ini aku tidak pernah ketinggalan dan aku ada didalamnya. Kerusuhan, demo, anarki, politik, kisruh partai bahkan hal terkecilpun macam naik turun harga cabai keriting dipasar induk. Semua hal aku jamah, kuatik-atik sesuka hatiku sesuai yang kumau tanpa tersentuh siapapun. Apakah aku membela suatu golongan? atau benci dan dendam terhadap etnis? atau aku tak punya agama dan tak mengenal adanya Tuhan? Oh tidak aku tidak mewakili lembaga atau membenci etnis apapun, aku percaya akan Tuhan karena itu aku diciptakan ada tujuan tersendiri di muka bumi ini. Apa yang kulakukan hanya sebuah kesenangan atau dibilang hobi, sesekali aku tak suka ketenangan tapi jika ada yang mengusik apa yang aku buat, aku tak akan tinggal diam.

Aku menguasai ribuan bahasa dengan berbagai dialek dan bisa berubah wujud yang aku mau. Kakek-kakek tua, seorang anak kecil polos, pemuda tampan atau wanita bahenol sexy dengan payudara menyembul yang kau suka itu. Setiap peristiwa di negeri ini aku ikut terlibat, mau itu pergolakan kemerdekaan atau penurunan seorang presiden.

Masih kuingat peristiwa itu saat pertama kaki ini mendarat di tanah Jawa Dwipa Gemah Loh Jinawi, subur dan kaya. Menarik berbagai bangsa untuk datang untuk sekedar mencicipi palawija dan cengkeh, berebut membangun benteng dan menancapkan kuku monopoli disini. Aku yang membisikkan ke telinga Albuquerque, seorang Portugis untuk mencaplok Malaka dan Sunda Kelapa. Berubah wujud sebagai ajudan kapalnya untuk mengeruk kekayaan negeri ini, terkadang aku berubah menjadi bangsawan priyayi untuk menghasut Fatahillah untuk menyerbu dan merebut Sunda Kelapa.

Aku begitu mudah memainkan mereka karena manusia mempunyai hasrat dan napsu yang begitu membuncah. Tinggal mempermainkan itu, semua terjadi seperti aku inginkan. Perang dan saling bunuh demi kehormatan dan ego, taktik adu domba ala devide at impera adalah senjata mematikan di dunia ini. Kulihat kekacauan itu di tepi pantai saat Fatahillah menghantam Albuquerque, pemandangan begitu indah layak kembang api yang disulut di tengah malam berpijar dan mengagumkan. Segala kenikmatan itu mendesir dialiran darah bak opium yang terhisap membuat sakauw.

Sebelum ini pengaruhku lebih purba lagi, kata-kataku jadi belati mematikan dan ampuh. Kubisikan di telinga Gajah Mada untuk mengucapkan sumpah Palapanya dan menjadikan Nusantara sebagai kekuasaaan Majapahit.

Kau ucapkan sumpah itu maka Nusantara bisa engkau satukan dalam genggamanmu. Kau akan menjadi Mahapatih, singkirkan lainnya

Saat itu Gajah Mada melancarkan aksinya, perang berkecamuk dan pemberontak dimana-mana. Perang Bubat yang legendaris dilegalkan demi kekuasaan, pemberontakan macam Ronggalawe di padamkan tanpa ampun. 

Setan atau iblis tidak pernah ada untuk membisikkan secara gaib ke telinga manusia, Iblis itu sebenarnya sudah ada di jasad manusia dan tubuh manusia adalah wadahnya. Mereka tinggal dibangkitkan dengan sekali tiupan.

Darah dan airmata adalah tumbal untuk semua itu. Aku suka pada manusia yang mempunyai ambisi karena itu kelemahan mereka yang bisa aku setir seenaknya. Turun naik takhta pemerintahan buat aku bagaikan menjentikkan jemari. Aku pernah juga menurunkan seorang proklamator berwibawa negeri ini dengan seorang jendral yang selalu tersenyum tapi didalam ada kelicikan.

Aku menciptakan momentum, mencari kelemahan dan mendorong menjadi bahan bakar. Aku begitu gampang merekrut pengikut setia dibawah panji-panji kegelapan dan selalu menjalankan perintahku dengan titik darah penghabisan.

"Apakah kau sudah mengumpulkan data tentang dia?"

"Benar tuan, ia akan terbang besok"

"Baik, laksanakan eksekusi itu"

Aku dan pengikutku bekerja secara rahasia serta mereka dibawah pengaruhku, jampi-jampiku sangat kuat hingga menuruti segala yang kusuruh. Sama seperti tugas esok untuk menghabisi seorang aktivis HAM yang akan pergi study ke Holland. Aku sendiri tak kenal orang ini tapi ia harus dikorbankan karena mengusik permainanku yang sudah aku rancang dan akan kubuat ia menjadi pahlawan negeri ini.

Pembunuhan itu begitu cepat, racun arsenik jadi pemicu. Skenario sudah aku rekayasa, waktu dan tempat kematian beserta kambing hitamnya. Bisakah kau berimajinasi bagaimana aku menghabisinya? Ok aku jelaskan padamu. Orang itu saat transit dalam bandara, aku bisa berubah wujud menjadi pelayan kafe yang menyeduh kopinya atau pramugari yang melayani makan malamnya. Kau harus tahu bahwa racun arsenik itu sudah ada ditubuhnya sebelumnya ia diberitakan meninggal dalam pesawat dan telah kusiapkan obyek kambing hitam. Seseorang yang terakhir bicara dengannya dalam satu deret bangku pesawat itu.

Esoknya berita bombatis memenuhi headline media massa dan elektronik

Lihat selengkapnya