Dongeng Robot Tuhan

ferry fansuri
Chapter #11

Chapter #11 Semua Kucing itu ada di Penjara

Manusia itu terlalu naif dan terlalu gampang dimanipulasi, mereka itu tidak bisa membedakan ilusi dan kenyataan. Mereka tak sadar bahwa dunia yang tinggali hanyalah dimensi kasat mata, ada celah antara halusinasi atau tidak Apa korelasi antara tukang ojek, koruptor dan kucing ? Maka kau akan temukan dalam cerita ini yang sering aku mainkan manipulasi didalamnya dengan sesuka hatiku.

Pagi ini seperti hari sebelumnya, aku selalu menikmati secangkir kopi hitam racikan dari biji Gayo pemberian dari seorang teman. Gula kubiarkan mengendap didasar tanpa kuaduk agar rasa kopi terasa nikmat ditemani pisang goreng istimewa buatan istri tercinta. Kubuka koran pagi yang tersaji dimejaku, kulihat berita korupsi dimana-mana. Pejabat negara tertangkap basah menerima gratifikasi, kasus suap triyulanan..aduh dimana-mana berita korupsi. Kututup koran, kunyalakan televisi dan tiap channel berita korupsi tak habis-habisnya membahasnya. Miris rasanya mendengarnya jika ada seorang anggota partai atau menteri terkena suap seperti menteri negara sekelas Dulmatin. Kadang dalam hati ini bertanya kenapa melakukan itu semua? Dulmatin bukan orang yang kelaparan atau kekurangan? Itu sebuah profesi atau hobi baginya?

"Pa, hari ini narik nggak?" lamunanku buyar saat Kantil istiku menegurku

"Iya ma, hari ini seperti biasa kerja" sahutku

"Sekalian antar si Tarjo sekolah juga ya" mintanya

Aku hanya mengangguk kepala tanda setuju, kuraih jaket dan helmku yang berwarna hijau. Langsung menuju ke Scoopy dan kugandeng anak lanang-ku si Tarjo naik di depan.

"Pa, entar ngebut ya. Karena tahu sendiri kalau pagi daerah Kebayoran Lama itu macet didekat pasar itu" cerocos Tarjo anakku sambil memakai helmnya.

Tapi aku tak menjawab karena itu sebuah pertanyaan rutinitas, aku hanya menyalakan kontak maticku dan siap membelah kemacetan ibukota.

Hampir setahun ini menggantungkan rejeki dari Scoopy-ku ini, wira-wiri antar penumpang, delivery makanan atau antar barang. Yah benar ojek online, itu pekerjaan lagi happening di jagad raya ini. Semua sarjana dan penggangguran berbondong-bondong mendaftar jadi ojek online mau itu Gojek, Grab atau Uber. Profesi yang dulu dianggap rendah dan kasar tapi mampu mengurangi angka penggangguran di negara ini. Tinggal download aplikasi android di Playstore kemudian pencet sana pencet sini, kemudahan didapat. Kontra-nya dimusuhi opang (ojek pangkalan), supir angkot dan taxi konvensional. Demo sana, ribut dikit terus bentrok..ah semua ini masalah perut jika lapar manusia pasti marah dan beringas.

"Pa, sudah sampai. Tarjo turun gerbang saja, biar papa langsung narik saja" timpal Tarjo sambil menunjuk pintu gerbang.

Kulihat gerbang itu mulai tutup oleh satpam sekolah, berbarengan dengan pak Umar Patek wali kelas Tarjo keluar. Sepertinya dia memang menunggu sesuatu atau seseorang kupikir begitu. Setelah aku menurunkan Tarjo, aku langsung membelokkan Scoopy-ku untuk menjauh.

"Pak Sarwo, tunggu bentar. Jangan pergi dulu ada" kata seru dari ucapan Umar Patek wali kelas si Tarjo.

Aku hanya mengeryitkan alis, ada apa gerangan? tumben seorang wali kelas melarang orang tua murid untuk berangkat kerja.

"Mohon waktunya sebentar Pak. Ini tentang Tarjo, ada yang perlu dibicarakan" ungkapnya.

"Mari pak ke ruangan saya beliau menyilakan aku untuk masuk ruang para guru."

Aku hanya menuruti, mengikuti dan memparkir Scoopy-ku sambil melirik gawai layar sentuh bersimbol Asus. Alert order sudah menyalak, rejeki melayang nih diambil ojek online lainnya. Tak apalah harus meladeni Umar Patek dan juga keinginan tahuku tentang Tarjo, apa pula yang ia perbuat sampai wali kelasnya menghentikan aku di depan gerbang sekolah.

Kulepas jaket dan duduk di kursi depan meja Umar Patek, memang agak tidak sopan karena aku hanya mengenakan kaos oblong, celana jeans dan sepatu canvas. Biasanya menghadiri acara formal sekolah memakai batik dan sepatu pantofel, aku agak rikuh juga.

Begini Pak Sarwo ini tentang anak bapak buka omongan pertama kali

"Ada apa yah pak"

"Anak saya nakal?"

"Berkelahi?"

Lihat selengkapnya