Terkadang aku suka sekali untuk melihat-lihat atau berdiam diri dalam ruangan jika terlihat bosan. Atau terkadang aku melalang buana ke tempat yang mungkin pernah kukunjungi, mulai yang jorok sekalipun ataupun tak terjangkau siapapun selain aku. Aku suka mengamati sesuatu atau seseorang tepatnya. Kali ni sedang mengamati seorang wanita atau lebih tepatnya seorang pria yang merasa dirinya perempuan.
Kamar itu letaknya dilantai tiga hotel murahan itu, ukuran tidaklah terlalu besar. Single bed room berhadapan layar lcd televisi saluran channel digital satelit, lampu sedikit remang-remang kekuningan. Sirikit telah lama berada di kamar itu tapi tak tahu tanggal dan bulan berapa sekarang, tak tahu kapan masuk dalam ruangan itu. Ia hanya terdiam terpaku disana, terkadang mendengar suara kebisingan lalu lintas Pattaya diluar jendela kamarnya.
Di waktu malam Sirikit tidak bisa tidur, matanya terus melek tak bisa dipejamkan sama sekali. Suara-suara itu itu terus mengganggu dari luar dan kamar sebelah, ia tidak bisa menutup telinga. Menusuk ke gendang telinga bagai tawon berseliweran kesana kemari bahkan membuat mata merah pedih.
Sirikit merasa sendirian tanpa teman, tidak ada yang memperhatikan tapi ia tidak bisa pulang. Ada sesuatu yang menahannya disana, tubuhnya seperti kaku tak bisa bergerak sama sekali.
Saat pintu kamar itu terbuka, seorang cleaning service tampak membawa kain pel, sapu dan bak berisi air. Suara Sirikit ingin berteriak tapi pita suara seperti tercekik tak mengeluarkan kata sekatapun. Cleaning service tetap melakukan aktivitasnya, memberesin selimut, menata bantal dan menyapu kotoran dilantai.Tak ketinggalan menggosok bekas kotoran-kotoran manusia melekat di toilet.
"Dasar penyewa tengik, buang hajat tak disiram" gerutu cleaning service terlihat gemulai dan jari lentik tapi terlihat ia adalah seorang pria. Dan ia tidak melihat Sirikit sama sekali disana atau tidak tampak.
Bau apek dan menyengat membuat hidung cleaning service mengendus-endus mencari asal bau. Tapi tak ia temukan, akhirnya ia menyemprot wangi-wangian ke seluruh ruangan.
"Jangan pergi, tolong aku"Sirikit memohon dengan sangat tapi kata-kata tersendak dengan ludah di tenggorokannya. Saat terakhir cleaning service menutup pintu, malam itu Sirikit kembali sendiri disana. Berteman sepi dan berselimut keheningan hingga menjelang esok.
***
Hari berganti hari, senja merayap ke malam. Sirikit hanya bisa diam dan didalam otaknya terus berputar mencari jalan keluar dari tempat sial ini. Tapi sia-sia, semua syarafnya tidak bisa ia kendalikan sama sekali. Sirikit tak bisa menggerakkan jari-jari tangan ataupun kakinya, semua lumpuh tapi indera lainnya masih berfungsi. Telinga dan mata masih normal, bisa mendengarkan dan bola mata bisa bergerak ke kanan-kiri seperti mencari sesuatu.
Sirikit memang tidak berdaya tapi dalam ruangan itu tapi bisa merasakan dan melihat semua peristiwa yang terjadi. Pagi itu ada sepasang berlain jenis, pria separuh baya kira beumur 50 an postur tambun, kepala sedikit beruban dan botak meranggas terlihat mengkilap. Datang bersamaan wanita berumur 30-an terlihat cantik dengan setelan kemeja bluse dan rok terusan.