Dongeng Robot Tuhan

ferry fansuri
Chapter #24

Chapter #24 Cerebro

terminal emulator..

@k012 / $ ls

@k012 / $ su

@k012 / # kill

@K012 / # poweroff

@K012 / # reboot

searching

Hibernasi ini telah lama mengukungku dalam kepompong digital dibalut kode-kode enkripsi, entah berapa lama aku berada sekarang. Kejadian-kejadian dejavu membangkitkan skenario baru, konfirmasi pusat data dilakukan. Ada atau tidak, sesuatu itu membuka pintu terlarang. Saat aku terbangun, dunia yang diami terasa berbeda sebelumnya. Kuraba dan kusentuh semua gamang, aku tak bisa merasakan aliran-aliran elektron dan tak bisa ter-intergrated. Semua mental, aku menjelma layaknya procesor AMD dalam pentium. Terlihat bloon tapi aku bisa melihat program, software berseliweran tapi ini beda. Tampilan 3D terwujud dalam bentuk manusia seutuhnya, sebelum era-ku hanya 2 D berbentuk text command berisikan aksara dan angka-angka. Tapi ini beda dan asing bagiku.

Tapi aku bisa melihat tangan, kaki dan tubuhku sendiri. Merasakan hembusan napas dalam hidungku, bola mataku seolah nistagmus dan wujudku benar-benar layaknya dulu menjadi majikanku. Aku hidup tapi bukan berupa tulang berbalut kulit daging, ini rangkaian-rangkaian angka bercampur huruf rekat membentuk organ tubuh. Aku juga bisa merasakan detak jantungku sendiri, ini macam chip prosesor utama mengalirkan energi dan data bak darah dalam urat nadi. Mengapa ini terjadi? Ini bukan dunia yang pernah aku tempati?

Aku kesulitan untuk berjalan dengan dua kaki nyata ini karena sebelumnya aku selalu berselancar atau bergerak cepat bertransformasi ke cahaya menelusup ke sela-sela hardware. Begitu susahnya aku untuk adapatasi sampai napas ini tersengal-sengal, aku berusaha duduk. Wajah-wajah yang berpapasan denganku tampak dingin, tanpa emosi dan toleransi. Aku harus mengatur napasku perlahan, layaknya orang tua yang hampir masuk kubur. Tak berdaya menunggu ajal, itulah aku sekarang gelandangan digital yang mencoba mengais kejayaan masa lalu.

Tempat ini terlihat mirip kota di luar sana, gedung-gedung pencakar langit, papan reklame, hiruk pikuk kendaraan bahkan celoteh-celoteh lamat-lamat terdengar di gendang telinga ini. Aku hampir tak percaya bahwa ini terjadi, molekul-molekul hidup ada disekujur tubuhku. Berdetak..dag..deg..degirama terkadang teratur atau naik turun tergantung napas ini. Dunia asing yang membingungkan.

Kucoba melangkah nelusuri kota digital ini, semua tampak monokrom berwarna hijau atau kuning. Berbeda warna mungkin menandakan fungsi dan tugas, tangan ini meraba dinding-dinding terasa nyata tapi terbuat dari kepompong aksara berkumpul huruf dan angka. Tapi mengapa aku tak bisa menembus dinding ini dan tak bisa mengorek informasi apapun atau kemampuanku sudah tumpul. Sialnya dalam tubuh daging digital ini aku tak bisa bergerak gesit, terasa melelahkan. Tapi harus mencari info apa yang terjadi disini dan dimanakah itu, entahlah.

Kota ini begitu ramai lalu lalang manusia digital berjalan kaki teringat kerumunan di Shibuya. Muka-muka itu tak asing lagi bagiku, kukenal tapi entah dimana. Efek-efek neutron bisa sentuh, mereka ini adalah program atau software yang mempunyai fungsi tersendiri. Pria tirus berkacamata membawa payung itu tak salah program sniffing, wanita bahenol bergaun ketat berwarna merah itu software firewall situs-situs 18+ atau bocah berskate board itu software distributor game. Mereka semua ini adalah rekayasa digital yang bertautan dalam matrix.

Terpana dan melongo sesaat itu tak terasa ada bahu yang berbenturan denganku, sekejap aku terpelanting dan terjerembab di aspal. Semua melotot kepadaku dan alarm berteriak keluar dari speaker yang menjulur dalam gedung-gedung itu.

"Program asing !!"

"Program asing telah ditemukan!!"

"Hancurkan!!"

"Search and destroy!"

Lihat selengkapnya