Brakk...
Suara kursi yang dilempar jatuh ke lantai. Sampai retak tumpuan kaki-kakinya. Belum cukup itu hancur, vas bunga dia pecahkan pula. Wajahnya diselimuti kemarahan, merah padam. Mulutnya tak berhenti merapalkan nama-nama binatang yang ada di hutan. Juga kata-kata serapah untuk melampiaskan kemurkaanya.
“Kurang ajar. Siapa yang berani melawanku?” tanyanya pada sepi yang dijawab suaranya sendiri. Dia menggenakan celana seragam militernya dan kaos pendek hitam yang bertuliskan, Koloni Radar.
“Zafa, Okta. Kemari, cepat!” panggil Jendral Sagit pada bawahannya.
Mereka bergegas datang. Memberi hormat pada atasannya. Seragamnya lengkap mereka kenakan sampai ke topi-topinya.
“Ada apa Jendral? Gerangan apa engkau memanggil kami?” kata Okta sambil melirik ke lantainya yang kerap kotor oleb sebab amarah atasannya.