“Cari tahu seseorang yang punya suara di tanah Maya. Dia yang mengajak orang-orang berbisik mengusik kehidupan kita,” pintanya lembut tidak seperti kala bertitah pada Zafa dan Okta.
Bukan hanya terpesona oleh kecantikan Rada. Tapi gadis berumur dua puluh sembilan tahun itu pula anak bos besarnya di tanah Radar. Jadi dia terus saja menunjukkan sikab baiknya pada Rada, agar dapat tempat dalam kursi para bangsawan di tanah lahirnya.
“Kau bisa suruh Naira turun ke desa. Mencari tahu apa yang terjadi di sana.”
“Baiklah, mungkin hanya krikil kecil yang mudah kita singkirkan,” jawabnya tenang namun sadis sambil tangannya dia lipat di depan dada. Menunjukkan keangkuhannya.
“Jendral, kau mudah sekali tersulut emosi. Tidak seperti dulu. Tenang menghadapi apapun, apalagi hal-hal remeh temeh seperti ini,”cibirnya tanpa basa-basi.