Hari itu, matahari terik menggigit kulit Desa Tambaruksa. Debu beterbangan di jalanan tanah merah saat seorang pemuda bertopi ember dan berkacamata renang tua melintasi warung Bu Inem. Dialah Denis Sutejo, atau yang lebih dikenal dengan nama panggilannya: Dontol.
“Dontol! Tambalin panci gue dong, udah bocor sampe airnya lewat ke ember cucian!” teriak Bu Inem.
Dontol hanya mengangguk singkat, lalu terus melangkah ke belakang rumahnya—tempat ia biasa menyimpan barang-barang “penting” yang bagi orang lain cuma dianggap rongsokan. Hari ini, ia punya firasat kuat bahwa sesuatu luar biasa akan terjadi. Dan benar saja.
Di balik tumpukan kaleng bekas dan panci bolong, ia menemukan sebuah kaleng sarden tua berkarat. Tak ada yang istimewa, sampai kaleng itu terjatuh dan terdengar bunyi klik! seperti membuka rahasia. Di dalamnya, tergulung sebuah kertas tua berwarna kecokelatan.