Pasar Tambaruksa pagi itu ramai seperti biasa. Aroma tempe goreng dan bawang daun menyatu dengan teriakan pedagang yang menawarkan dagangannya. Tapi di antara keramaian itu, Dontol dan Ucup sedang mencari Boriel Junaidi—mantan pendekar legendaris yang kini berjualan es tebu.
“Dia ada di ujung barat pasar, deket tukang cukur yang cuma bisa model undercut,” kata Ucup sambil menunjuk.
Sesampainya di sana, mereka melihat pria berambut gondrong dengan kumis setebal sapu ijuk. Di tangannya ada kayu panjang yang digunakan untuk menekan batang tebu ke mesin pemeras. Setiap tetesan air tebu yang keluar seperti membawa kenangan masa lalu yang getir.
“Boriel Junaidi?” tanya Dontol ragu.
Boriel melirik tajam. “Siapa yang nanya?”
“Nama saya Dontol, ini Ucup. Kami cari Kunci Kipaskara.”