Anak tangga yang mereka lewati seolah tak ada habisnya. Di balik lorong batu yang sempit dan lembap, cahaya redup mulai tampak di kejauhan. Semakin dalam mereka turun, suara gemuruh dan percikan air terdengar dari segala arah.
“Jangan-jangan ini... kota?” gumam Dontol saat mereka tiba di dataran datar yang dipenuhi bangunan batu bercahaya kuning dari kristal dinding.
Di depan mereka terbentang Kota Runtara, sebuah kota kuno bawah tanah yang hidup, dengan makhluk-makhluk berpakaian jubah panjang dan wajah tertutup topeng kayu.
“Kalian pendatang?” tanya salah satu dari mereka.