Door's Mystery

Farikha Salsabilla Putri
Chapter #3

Kehidupan di Kerajaan Valoria

Bab 3 : Kehidupan di Istana Valoria

Setelah diselamatkan dan dibawa ke istana, Seraphina dihadapkan pada kenyataan bahwa ia hanyalah pelayan di Kerajaan Valoria. Masalahnya, Seraphina diperlakukan istimewa daripada pelayan istana yang lain.

Seraphina dan Pangeran Adrian tertawa bersama, suara mereka bergema di lorong istana. Tatapan iri para pelayan menembus tulang punggung Seraphina, membuatnya merinding. Mereka menatap dengan kebencian yang tersembunyi di balik senyum sinis mereka. Seraphina sedang membantu Pangeran Adrian menyusun tumpukan buku di perpustakaan. Ia tak menyadari tatapan yang dilemparkan para pelayan istana saat mereka berpapasan di lorong. Bibir mereka mengerucut, matanya menyipit, dan raut wajahnya mereka menunjukkan ketidaksukaan. Hingga suatu hari, pelayan senior memberikan pelajaran kepada Seraphina.

“Cari perhatian, kau? Di sini? Jangan mimpi!” Pelayan senior itu menunjuk Seraphina dengan jari telunjuknya, matanya menyala amarah. “Kau hanya orang asing! Tak punya tempat di sini?”

Seraphina mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. “Maafkan aku,” desisnya, “Tapi, ini bukan kemauan aku. Ini sudah jadi aturan istana.” Matanya berkilat dengan kecewa dan kebencian yang terpendam.

“Aturan istana? Dasar pembuat alasan!” Pelayan senior itu mencibir, suaranya berdengung tajam. “Tukang pencari perhatian! Untuk apa keluarga kerajaan memperhatikanmu? Kau berasal dari tempat yang berbeda!”

“Sudah, ya. Aku sedang mengerjakan tugas sebagai pelayan istana. Jangan ganggu aku,” pinta Seraphina singkat. Ia terus membereskan ranjang Adrian.

Tangan-tangan kasar mendorong Seraphina hingga terjatuh ke ranjang Adrian. “Tidur saja sana dengan pangeran! Dasar perempuan murahan!” teriak mereka, tawa mereka bergema di ruangan, penuh dengan kebencian dan penghinaan. Seraphina merasa terhina, air mata mengalir di pipinya saat mereka meninggalkan kamar Adrian meninggalkannya terbaring di ranjang Adrian dengan rasa ketakutan dan kecewa.

Seraphina terhuyung mundur saat seorang pelayan senior menendang kakinya dengan kasar. “Kau pikir mau siapa, berani belajar sihir?” desisnya. “Kami di sini sudah bertahun-tahun melayani, tapi tak pernah diberi kesempatan seperti kau.”

Ratu Helena mengamati Seraphina dari balik tirai jendela. Matanya menyipit tanam, bibirnya mengerucut. Ia memanggil Adrian dengan suara dingin. “Adrian, awasi gadis itu. Ibu curiga dia seorang mata-mata dari kerajaan lain.” Rasa iri dan ketakutan menyergap hatinya. Ia tak bisa menerima bahwa seorang pelayan rendahan bisa menarik perhatian putranya.

Ratu Helena menganggap kehadiran Seraphina dapat membawa keburukan di istana karena dia dianggap ‘berbeda' dan sering terlihat tidak patuh terhadap norma istana. Ratu Helena menggertakkan giginya. “Gadis itu berbeda,” gumamnya, “Ia tak patuh pada aturan istana. Ia mengancam kekuasaanku.”

“Aku harus mengawasi gadis itu sendiri juga. Aku tidak bisa berharap kepada Adrian. Gadis itu pasti menyembunyikan sesuatu.” Ia mengepalkan tangannya, merasa terancam oleh kehadiran Seraphina. Ia tak akan membiarkan siapapun menghalangi kekuasaannya.

Ratu Helena memerintahkan semua suruhannya untuk mencari informasi tentang Seraphina. “Saya tidak mau tahu, pokoknya kalian cari informasi tentang gadis itu sampai tuntas!” Perintah Ratu Helena, suaranya bergema di ruangan, membawa aura ketakutan.

***

Seorang pria asing menyamar sebagai prajurit yang tertarik dengan kehidupan istana. Namanya Lucian, ia diam-diam memperhatikan Seraphina dari jauh. “Aku rasa gadis ini cocok ikut dalam rencanaku,” bisik Lucian, matanya berbinar licik.

Ia mengintip Seraphina yang sedang mencuci pakaian kerajaan, bayangan gelap terlukis di wajahnya. Lucian mendekati Seraphina yang sedang menggantung pakaian. Di jemuran. “Permisi,” sapa Lucian, senyumnya mengembang. “Aku tertarik berteman denganmu. Maukah kau?” Seraphina mengernyit, bingung dengan tawaran mendadak itu.

Seraphina bingung karena Lucian mendadak mengajaknya berteman. “Kau siapa?” tanyanya.

“Namaku, Lucian.” Lucian sambil membuka tangannya untuk bersalaman dengan Seraphina.

Lihat selengkapnya