Door's Mystery

Farikha Salsabilla Putri
Chapter #10

Curiga

Bab 10 : Curiga

Sebelum Seraphina beranjak setelah ditegur Pangeran Adrian, suara langkah kaki lain terdengar dari arah pintu. Evelyn muncul, berdiri dengan senyum sinis di wajahnya.

“Ckckck. Seraphina,” katanya dengan nada yang licik. “Sepertinya Pangeran Adrian tidak terlalu terkesan dengan hasil kerjamu. Sayang sekali ... mungkin seharusnya kau tetap berada di duniamu yang lama.”

Seraphina mengepalkan tanganya, menahan dorongan untuk membalas. Dengan membalas Evelyn, hanya akan membuat situasi semakin rumit.

“Kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku bisa belajar lagi dan memperbaiki kesalahanku,” jawab Seraphina datar. “Dan aku akan tetap di sini, terlepas dari apa pun yang kau rencanakan.”

Evelyn mendekat, menatap Seraphina dengan tatapan tajam. “Kita lihat saja berapa lama kau bisa bertahan.”

Ia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Seraphina sendirian di aula yang hening.

Seraphina berusaha menenangkan dirinya. Hari-hari ke depan akan penuh tantangan. Demi mencari kebenaran tentang ibunya, dia rela tersiksa di istana Valoria. Terlebih teka-teki tentang Adrian yang wajahnya mirip dengan John.

**

Lorong istana Valoria terasa lebih dingin dari biasanya. Udara di dalam ruangan menggantung berat, seperti menyimpan rahasia yang tak ingin dibagikan. Seraphina berjalan perlahan, langkah kakinya hampir tak bersuara di atas lantai marmer yang mengilap.

Setelah insiden dengan Adrian, pikirannya terus terusik oleh sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Ada perasaan aneh yang menyelimuti istana ini, seolah setiap sudut dindingnya menyimpan cerita yang tak pernah diungkapkan.

Di ujung lorong, ia melihat sosok tua yang jarang ia temui—seorang pelayan yang sudah bekerja di istana selama bertahun-tahun. Pria itu tengah mengatur buku-buku di rak besar di perpustakaan kecil yang tersembunyi di sisi sayap barat istana.

“Permisi,” Seraphina menyapanya pelan, matanya menyapa rakyat buku yang dipenuhi kitab tebal bersampul kulit. “Buku apa itu?”

Pelayan itu menoleh, wajahnya penuh keriput, tetapi sorot matanya tajam. “Ini hanya buku sejarah kerajaan, Nona,” jawabnya sambil tersenyum samar. “Tidak banyak yang tertarik membaca buku-buku lama seperti ini.”

“Sejarah bisa menceritakan banyak hal,” gumam Seraphina sambil mendekat. “Kadang-kadang, kebenaran tersembunyi di antara halaman-halaman usang itu.”

Pelayan itu terdiam sejenak, lalu menurunkan suaranya. “Berhati-hatilah, Nona. Tidak semua kebenaran di istana ini ingin ditemukan.”

Kata-kata itu membuat bulu kuduknya meremang. Ia menatap pelayan itu dengan penuh rasa ingin tahu, tetapi sebelum ia sempat bertanya lebih lanjut, pria tua itu telah pergi, meninggalkan ruangan dalam keheningan.

Lihat selengkapnya