Bab 21 : Sisi Pelindung
Seraphina mengepalkan tangan, napasnya tertahan setiap kali Adrian hampir terkena serangan. Kecemasan menyelimuti dirinya, tetapi mundur bukan pilihan bagi Adrian.
“Sang Penjaga Bayangan tidak akan berhenti sampai kau mundur,” ujar makhluk itu dalam suara yang bergema di antara pepohonan. “Apa kau benar-benar ingin mempertaruhkan hidupmu untuknya?”
Adrian menatap makhluk itu dengan dingin, kilatan tajam di matanya. “Aku tidak mempertaruhkan apa pun. Aku melindungi seseorang yang berharga. Dan kau tidak akan menyentuhnya.
Kata-kata Adrian menusuk lebih dalam dari yang Seraphina harapkan. Seseorang yang berharga? Suasana di sekitarnya terasa melambat, seperti dunia terhenti sesaat.
Makhluk itu meraung, meluncur ke arah Adrian dengan kecepatan yang tak terbayangkan. Seraphina ingin berteriak memperingatkan, tetapi sebelum suara itu keluar dari mulutnya, Adrian telah bergerak, menghindari serangan dengan lompatan yang lincah. Lalu menebas bayangan itu hingga terpecah menjadi kabut hitam yang menghilang di udara.
Hening sejenak. Makhluk-makhluk lain tampak ragu, melingkar di sekeliling mereka tetapi tidak menyerang lagi.
“Yang Mulia.” Seraphina maju perlahan, rasa takut berganti dengan kehangatan yang perlahan menguasai hatinya. “Kau benar-benar menempatkan diri Anda dalam bahaya demi Saya.”
Adrian menurunkan pedangnya, bahunya naik-turun, napasnya terdengar berat. Ia menoleh, menatap Seraphina dengan tatapan yang lebih lembut dari biasanya. “Itu bukan bahaya yang tak bisa kuatasi. Dan aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun menyakitimu.”
Seraphina merasa ada sesuatu yang menggetarkan di dadanya—rasa aman yang belum pernah ia rasakan sejak ia tiba di dunia Avalon ini. Bukan hanya karena Adrian kuat, tetapi karena untukk pertama kalinya, ia melihat sisi lain dari dirinya.
Sisi yang peduli. Sisi yang, meski tersembunyi di balik sikap dinginnya, berani dan tulus dalam melindungi.
“Yang Mulia, Engkau sangat berbeda dari yang kuduga,” bisik Seraphina, lebih kepada dirinya sendiri.
Adrian tersenyum tipis. “Aku sering mendengar itu,” Ia kembali menoleh ke arah luar gua, memastikan makhluk-makhluk itu benar-benar lenyap. “Mereka pergi, untuk saat ini. Tapi kita harus tetap waspada. Ini belum berakhir.”
“Yang Mulia,” Seraphina menghampirinya, matanya penuh rasa ingin tahu. “Apa maksud mereka tadi? Kalau aku sudah terlalu dekt dengan rahasia terlarang?”
Adrian terdiam sejenak, pandangannya berubah gelap. “Ada banyak hal yang belum kau ketahui tentang masa lalu ibumu dan hubungannya dengan dunia ini. Tapi itu bukan sesuatu yang bisa kita bicarakan di sini.”
Ia mengulurkan tangannya pada Seraphina. “Ayo kita kembali ke istana. Aku akan menjelaskannya nanti, di tempat yang lebih aman.”