Door's Mystery

Farikha Salsabilla Putri
Chapter #22

Jebakan di Balik Senyuman

Bab 22 : Jebakan di Balik Senyuman

Aroma mawar yang menyegarkan di istana begitu menggiurkan bagi siapa saja yang melewatinya. Akan tetapi, bagi Seraphina, harumnya justru membawa ketegangan yang menyeluruh ke dalam pikirannya. Sejak kedekatannya dengan Pangeran Adrian semakin terlihat, sikap Evelyn berubah semakin mencolok. Jika dulu Evelyn masih menyembunyikan ketidaksukaannya di balik senyum ramah, kini ia bahkan tak berusaha menutupi kebenciannya.

Saat Seraphina tengah membersihkan rak buku di perpustakaan kerajaan, seorang pelayan mendekatinya dengan tergesa-gesa. Gadis itu tampak ragu sejenak sebelum akhirnya berbisik, “Nona Evelyn ingin bertemu denganmu di taman mawar.”

Seraphina menoleh, mendapati pelayan itu menundukkan kepala seolah takut tertangkap basah. Ada sesuatu yang janggal, tapi menolak bukanlah pilihan. Dengan memghela napas, ia menghapus debu dari tangannya dan bergegas menuju taman.

Saat ia tiba, Evelyn sudah menunggunya di bawah gazebo berbentuk melingkar, gaun merah karunnya menjuntai anggun. Di sisi lain taman, dua pelayan lain berdiri tidak jauh, menunggu sesuatu.

“Nona Evelyn,” Seraphina menyapa hati-hati.

Evelyn tersenyum tipis. “Seraphina, aku ingin bicara denganmu sebentar,” Suaranya terdengar lembut, tetapi ada nada dingin yang tersembunyi di dalamnya. “Aku perhatikan, kau semakin dekat dengan Pangeran Adrian, ya.”

Seraphina mengangkat dagunya. “Maaf atas kesalahpahamannya, Nona Evelyn. Saya hanya menjalankan tugas sebagai pelayan istana.”

“Tentu saja,” Evelyn berdecak pelan. “Tapi terkadang, seorang pelayan lupa batasan yang harus selalu dia ingat.”

Sebelum Seraphina sempat menjawab, seorang pelayan lain datang membawa nampan peraknyajg berisi sebuah kalung permata biru berkilauan. Evelyn mengangkat kalung itu, membiarkannya berkilau di bawah sinar matahari.

“Indah, bukan?” Evelyn memutar kalung itu di antara jari-jarinya. “Sayang sekali, aku mendengar sesuatu yang menarik. Ada yang mengatakan kalau kalung ini hilang dari kamar Ratu Helena. Dan kau tahu apa yang lebih menarik?” Evelyn menatap Seraphina dengan senyum manisnya yang beracun. “Seorang pelayan istana melihatmu di dekat kamar Ratu kemarin malam.”

Seraphina merasa ini jebakan. Ia bahkan tidak pernah mendekati kamar ibu Pangeran Adrian, apalagi menyentuh perhiasannya.

“Itu bohong,” kata Seraphina.

Evelyn terkekeh kecil. “Kau yakin? Karena anehnya, kalung ini ditemukan di laci kamarmu pagi ini.”

Salah satu pelayan yang berdiri di dekat pintu masuk taman maju ke depan, membawa sekeping kertas. “Kami menemukan kalung ini di antara barang-barang Seraphina,” katanya dengan nada penuh kepura-puraan.

Seraphina membelalakkan mata. Ini benar-benar jebakan. Ia menatap Evelyn, yang masih tersenyum puas.

“Kau tidak perlu menyangkal,” lanjut Evelyn, matanya berbinar seakan dialah yang menang. “Sebentar lagi, pengawal istana akan datang untuk menyelidiki.”

Lihat selengkapnya