Door's Mystery

Farikha Salsabilla Putri
Chapter #1

Perseteruan dengan Ayah

Seraphina bernyanyi di atas panggung dengan penuh menjiwai, menampilkan senyum yang menawan hati dan pesona yang memikat semua penonton. Suaranya yang merdu memenuhi udara, mengalun penuh emosi dan menghipnosis pendengarnya.

Ia melantunkan lirik-lirik lagu penuh perasaan, membiarkan setiap kata mengalir begitu indah dari bibirnya. Suara Seraphina menyentuh jiwa setiap pendengar, membawa penonton merasakan emosi dalam lagu yang penuh keindahan dan emosi yang mendalam.

Saat Seraphina menyanyikan lirik terakhir, panggung dipenuhi dengan tepuk tangan meriah. Dia melihat ke sekelilingnya, mata yang berkaca-kaca karena terharu. Ia merasa seperti melayang di atas awan, terbang bebas dalam imajinasinya.

Namun, kebahagiaan Seraphina tidak bertahan lama. Saat dia turun dari panggung dengan hati yang masih berdebar, dia melihat ayahnya berdiri di tengah kerumunan dengan wajah yang memerah, menampilkan kemarahan dan kekecewaan. Seraphina menatap ayahnya dengan mata yang menyala-nyala, penuh amarah. Bibirnya terkatup rapat, tapi aura kekecewaan dan kebencian terpancar dari dirinya.

Wajah Seraphina berubah pucat, dan matanya memperlihatkan kebingungan. Dia tidak mengerti mengapa ayahnya begitu marah kepadanya? Dia berusaha mencari jawaban di dalam tatapan dingin Ayahnya, tetapi tidak ada kehangatan atau pengertian yang bisa ditemukan.

“SERAPHINA! Jadi, kamu berselingkuh dengan Alex, si pemain piano itu? Kenapa kamu bohong sama Ayah?” tanya Marcus dengan suara yang bergetar karena amarah.

Seraphina merasa seperti tertusuk pisau. Kata-kata ayahnya terasa tajam dan menusuk hatinya. “Apa maksud Ayah? Aku tidak berselingkuh dengan Alex. Dia hanya rekan kerjaku.”

“Jangan berpura-pura! Kamu tidak bisa membohongi Ayah! Ayah tahu dia mencintaimu, dan kamu hanya memanfaatkannya untuk popularitasmu!” Marcus mengepalkan tangannya, amarah dia semakin memuncak.

“Ayah, Alex hanyalah rekan kerjaku. Dia teman yang memainkan piano untukku sambil aku bernyanyi. Tidak lebih,” ucap Seraphina mencoba menjelaskan.

Ia pikir Ayahnya belum memahami soal dunia entertainment. Sehingga, sang Ayah mengira dunia keartisan selalu tentang perselingkuhan.

“Kamu memang anak sialan dan tidak berguna! Tidak usah bohong sama Ayah, Ayah tahu si pianis rendahan itu suka sama kamu. Ingat! Kalau saat ini, kamu sedang bertunangan dengan John,” kata Ayah Seraphina membuat hatinya terkoyak.

Seraphina mendekati ayahnya dengan langkah ragu, berharap bisa menjelaskan kebenaran. Namun, sebelum dia bisa membuka mulutnya lagi, Ayahnya langsung menghujani Seraphina dengan kata-kata kasar.

Kata-kata itu terdengar seperti sayatan pedih ke wajah bagi Seraphina. Dia merasa terhina dan hancur oleh kata-kata ayahnya. Ia berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata. Kata-kata ayahnya seperti menusuk hati. Ia merasakan air mata menggenang di matanya, tapi dia berusaha menahan rasa itu. Seraphina tidak ingin memberikan kepuasan pada Ayahnya dengan menunjukkan kelemahannya.

Dalam keheningan yang tegang, Seraphina memandang ayahnya, berusaha menyembunyikan kesedihannya bahwa dia adalah anak yang tidak diingin Seraphina berharap suatu hari ayahnya akan membuka matanya dan memahami bahwa dia tidak bersalah. Seraphina berjanji untuk tidak menyerah.

Dengan langkah berat, Seraphina melangkah pergi, meninggalkan ayahnya yang masih dipenuhi amarah. Dia berjalan menjauh, mencoba menenangkan hatinya sendiri dan mengumpulkan kekuatan untuk melanjutkan perjalanannya.

Seraphina menarik napas panjang. Di satu sisi, ia ingin mengejar mimpinya. Menyanyi adalah segalanya bagi dia. Tempat di mana dia merasa bebas, lepas dari segala aturan ketat dan tekanan keluarga. Namun, di sisi lain, ada ayahnya, sosok yang selama ini menjadi pilar kehidupannya. Rasa takut mengecewakan orang tua begitu besar.

“Aku prihatin dengan Seraphina. Jika Ayahnya kemari selalu bersikap kasar dan menghina. Aku salut dengan ketabahan Seraphina, ” ucap salah seorang staf panggung.

“Benar, Seraphina selalu menunjukkan sikap tenang. Dia selalu berusaha untuk terlihat bahagia meskipun hatinya terluka,” timbal yang lain.

Lihat selengkapnya