Door's Mystery

Farikha Salsabilla Putri
Chapter #3

Pertempuran di Hutan Gelap


Situasi Seraphina menjadi semakin tegang dan penuh teka-teki setelah pertempuran di hutan gelap. Seraphina merasa bingung dan terombang-ambing antara kenyataan yang semakin rumit dan misteri yang semakin dalam. Setelah kejadian tersebut, Ayah Seraphina tiba-tiba memanggil Seraphina dari ruang kerjanya, di mana suasana yang tegang dan hening menyelimuti ruangan. 



Ayah Seraphina duduk di meja kerjanya dengan ekspresi serius dan tegas. Dia menatap Seraphina dengan tatapan yang sulit ditebak, menciptakan ketegangan yang terasa begitu kuat di udara. Seraphina merasa degupan jantungnya semakin cepat, tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ibu tiri Seraphina pun juga ikut bergabung. 




“Seraphina, sebaiknya kamu berhenti menyanyi dan fokus melanjutkan studimu ke luar negeri,” pinta Ayah Seraphina ditemani ibu tirinya. 




“Tetapi Ayah, aku masih mau berkarier di sini,” tolak Seraphina ingin tetap meraih impiannya. 




“Kamu lebih baik dengar saran ayahmu ini. Jangan membantah!” ujar Ayah Seraphina mulai emosi. 




“Ayah, aku mohon. Aku masih pengen di sini,” kata Seraphina memohon kepada ayahnya. 




“Seraphina, sebaiknya kamu menuruti apa kata Ayahmu. Ayah kamu lebih tahu apa yang baik untuk kamu karena karier musikmu kurang menjanjikan,” kata ibu tiri Seraphina sambil menatap sinis ke arah anak tirinya itu. 




“Ayah, aku tetap tidak mau keluar negeri. Aku akan di sini.”




“Berani kamu menolak perintah Ayah. Kamu di sini hanya membuat sial kami saja!” bentak Ayah Seraphina semakin jengkel. 




“Terserah Ayah!” Seraphina segera pergi dari ayahnya. 




Ketika bulan purnama bersinar terang di langit gelap, menciptakan suasana yang penuh misteri. Seraphina duduk sendirian di taman belakang rumah, membiarkan angin malam menyapu rambutnya yang tergerai. Dia merenung dalam keheningan, membiarkan pikirannya melayang jauh. 




Pikiran-pikiran yang kacau dan beban yang terlalu berat membuat Seraphina merasa terjebak dan terbebani. Dia merasa seperti dunia ini tidak lagi menjadi tempat yang nyaman baginya. Pikirannya melayang pada keinginan untuk pergi, untuk kabur dari segala masalah dan konflik yang menghantuinya. 




Saat Seraphina akhirnya memutuskan untuk melangkah pergi, langkahnya terhenti tiba-tiba ketika pengasuhnya muncul dari kegelapan. Pengasuhnya, dengan tatapan penuh kekhawatiran dan cinta, melihat ke dalam mata Seraphina yang penuh dengan keputusasaan. 




“Non, apa yang sedang terjadi? Kenapa non diluar malam-malam gini? ” tanya pengasuhnya dengan suara lembut, mencoba mencari tahu apa yang sedang dirasakan Seraphina. 




Seraphina menatap pengasuhnya dengan mata yang penuh air mata. “Aku sudah tidak sanggup lagi, Bi. Ayah berubah dan aku merasa terjebak di dalam kegelapan ini. Aku ingin pergi, menjauh dari sini,” ucap Seraphina dengan suara yang gemetar oleh emosi yang meluap. 




Pengasuhnya merangkul Seraphina dengan penuh kelembutan. “Non, bibi mengerti betapa sulitnya situasi yang kau hadapi. Tapi percayalah, menghindari masalah bukanlah solusi yang tepat. Bibi selalu ada di sini untuk non. Mari kita hadapi masalah ini bersama-sama,” ucap pengasuhnya dengan suara yang penuh kasih sayang. 




Seraphina merasa lega mendengar kata-kata pengasuhnya. Dia merasa ada seseorang yang peduli dan siap mendengarkan ceritanya. Namun, saat pengasuhnya memberikan sebuah surat padanya, Seraphina merasa penasaran. 




“Apa ini, Bi?” tanya Seraphina, meraih surat yang diberikan pengasuhnya. 

Lihat selengkapnya