Door's Mystery

Farikha Salsabilla Putri
Chapter #4

Misteri Kehadiran Seorang Pria


“Gimana ini? Harimaunya masih hidup, aku khawatir banget jangan-jangan aku bakal tewas di tempat misterius ini,” kata Seraphina sambil menggenggam baju putihnya.

“Pangeran Adrian, kita harus atur kerjasama untuk menghentikan harimau itu!” teriak salah satu teman ksatria Adrian.

“Ayo kita menyerangnya bersama,” ajak teman Adrian yang lain.

Mereka pun menyerang harimau itu secara bersamaan dengan kemampuan yang mereka punya. Mengejar harimau itu sampai akhirnya anak panah beracun mengenai si harimau membuatnya terkapar tidak berdaya.

Setelah pertempuran yang sengit, Pangeran Adrian berhasil menyelamatkan Seraphina dari bahaya yang mengancam nyawanya. Seraphina merasa terharu dan bersyukur atas perlindungan yang diberikan oleh Pangeran Adrian, namun suasana di sekitar mereka masih tegang.

“Kamu sudah baik-baik saja, kan? Kalau gitu ayo kita pergi,” ajak Adrian kepada teman-temannya sambil bersikap dingin dengan Sera.

“Kita sebaiknya jangan meninggalkan perempuan itu. Lebih baik bawa saja ke istana dan kita bisa memanfaatkannya sebaik mungkin,” kata salah satu teman Adrian.

“Iya, itu betul. Ajak saja dia ke Kerajaan Valoria.”

“Bolehkah aku ikut dengan kalian? Aku kebingungan berada di sini,” ujar Seraphina. Dia tak mau berada di hutan.

“Boleh, ayo ikut kami.”

Adrian yang sebenarnya tidak menyukai rencana tersebut, merasa terdesak oleh teman-temannya.

“Namamu siapa, Nona?” tanya salah satu teman Adrian.

“Namaku Seraphina,” jawab Seraphina memperkenalkan diri.

“Oh, Seraphina,” lanjut teman Adrian itu.

“Iya boleh.”

“Kalau gitu, Seraphina, kita harus membawamu ke istana bersama kami. Kamu akan aman di sana,” ucap teman Adrian.

Seraphina merasa tidak memiliki kendali atas situasi ini, dia terjebak dalam keputusan yang dibuatnya sendiri. Dia tidak bisa pergi ke mana pun lagi selain mengikuti Adrian bersama kawan ksatrianya.

“Tetapi, aku merasa tidak nyaman,” ucap Seraphina dengan suara gemetar, mencoba menyampaikan kekhawatirannya pada Pangeran Adrian.

Adrian yang merasa terikat oleh persahabatan dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin pun merenung sebelum akhirnya mengangguk. “Seraphina, aku akan membawamu ke istana bersama kami. Aku janji aku akan menjaga keamananmi. Kamu tidak perlu takut dengan kami,” ucap Adrian dengan suara penuh pertimbangan.

Meskipun penuh kekhawatiran, Seraphina merasa bahwa dia harus mengikuti Adrian. Dia merasa bahwa dia tak memiliki pilihan lain.

Sebelum memasuki istana Valoria, rombongan berjalan melalui wilayah kerajaan yang indah dan megah. Wilayah Kerajaan Valoria dipenuhi dengan keindahan alam yang menakjubkan dan arsitektur yang megah, mencerminkan kemegahan dan kekuasaan kerajaan tersebut.

Mereka melewati hamparan padang rumput yang hijau dan subur, dihiasi dengan berbagai macam bunga yang berwarna-warni. Angin sepoi-sepoi menyapu lembut, membawa aroma segar dari taman-taman yang indah di sekitar wilayah kerajaan. Burung-burung yang berkicau riang terbang di langit biru, menambah kesan damai dan harmonis di sekitar mereka.

Di kejauhan, terlihat pegunungan yang menjulang tinggi, melindungi wilayah Kerajaan Valoria dengan gagahnya. Gunung-gunung itu dipenuhi dengan pepohonan yang rimbun dan air terjun yang mengalir jernih, menciptakan pemandangan yang memukau dan menakjubkan.

Mereka juga melewati sungai yang mengalir tenang di tengah wilayah kerajaan, dihiasi dengan jembatan-jembatan indah yang menghubungkan berbagai bagian kerajaan. Air sungai yang jernih memantulkan sinar matahari, menciptakan kilauan yang mempesona di sepanjang tepi sungai.

Setelah tiba di istana Valoria, suasana semakin tegang dan misterius. Salah satu teman Adrian, yang tampaknya memiliki tugas tersendiri, membawa Seraphina pergi dari rombongan, menjauh dari Adrian yang akan menghadap raja. Seraphina merasa kebingungan dan terpisah dari Adrian.

Di tengah kerumunan, Seraphina diantarkan ke bangunan khusus pelayan, di mana aroma harum bunga-bunga dan lilin wangi menyambut kedatangan mereka. Seraphina merasa terpesona oleh keindahan dan kemegahan ruangan tersebut

“Nona Seraphina, tenang saja dan ikuti apa yang dikatakan kami semua di sini. Jangan membuat masalah,” ucap teman Adrian dengan suara tegas.

Seraphina mengangguk walaupun ia merasa tidak nyaman dengan situasi yang semakin rumit. Dia mencoba untuk menjaga ketenangan dan mengikuti arahan yang diberikan, meskipun hatinya penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Ia lebih memilih ikut bersama para ksatria itu daripada harus ditinggal di hutan sendirian.

Setelah beberapa saat berjalan, mereka tiba di ruang khusus pelayan yang dipenuhi dengan pelayan-pelayan yang sibuk dengan tugas masing-masing. Seraphina merasa sedikit terhibur melihat keramaian dan kegiatan yang terjadi di ruangan tersebut.

Teman Adrian membawa Seraphina ke salah satu sudut ruangan dan memberikan pesan terakhir sebelum meninggalkannya. “Seraphina, kamu akan ikut melayani Pangeran Adrian bersama pelayan lainnya. Jangan membuat kesalahan dan lakukan tugasmu dengan baik.”

Seraphina merasa tertekan dan terbatas dalam ruang geraknya. Dia merasa bahwa dia tidak memiliki kendali atas situasi ini dan harus mengikuti arahan yang diberikan kepadanya. Seraphina mencoba untuk tetap tenang dan tetap waspada.

“Ternyata pemimpin Ksatria dingin tadi namanya adalah Adrian dan dia seorang pangeran. Pantas saja dia bersikap begitu,” gumam Seraphina dalam hati.

Beberapa jam kemudian, Seraphina bersama pelayan lainnya mempersiapkan makan malam Pangeran Adrian dengan Evelyn, atas permintaan Ayah atau Ibu Evelyn. Ruang makan dipenuhi dengan nuansa keheningan yang mencekam.

Pangeran Adrian yang terlihat kaku dan dingin, duduk di meja makan. Seraphina merasa dia perlu memberikan senyuman ramah agar suasana cair di hadapannya.

Evelyn yang duduk di sebelah Pangeran Adrian, terlihat cantik dan anggun. Dia memperhatikan Seraphina dengan tatapan tajam namun ramah.

“Pangeran Adrian, kamu habis berburu, ya? Gimana sudah dapat hewan buasnya?” tanya Evelyn agak ragu memulai bicara kepada Adrian.

“Hewan buasnya sudah kutangkap. Sudahlah, apa maumu berada di istana ini?” tanya balik Adrian dengan tatapan dingin.

“Aku hanya ingin bertemu denganmu,” jawab Evelyn dengan penuh cinta.

“Kalau gitu percepat saja. Aku sibuk,” ujar Adrian.

Setelah makan malam selesai, Evelyn meminta untuk bertemu dengan Seraphina. Seraphina merasa terkejut namun juga tertarik dengan kebaikan dan ketertarikan yang ditunjukkan oleh Evelyn. Dia merasa bahwa Evelyn mungkin bisa menjadi teman yang mengerti dan mendukungnya di tengah situasi yang rumit dan menegangkan di istana Valoria.

Evelyn dengan senyuman hangat, memulai percakapan dengan Seraphina. “Namamu Seraphina, ya? Senang bisa bertemu denganmu walau kamu hanya seorang pelayan baru,” ucap Evelyn dengan suara lembut namun menusuk.

“Ada apa Nona Evelyn memanggil saya?” tanya Seraphina heran, sebagai pelayan baru dia mendapat perhatian dari wanita bangsawan tercantik di Kerajaan Valoria.

“Aku ingin kamu menjadi mata-mataku untuk mengawasi Adrian,” ujar Evelyn memandang serius Seraphina.

“Emm, saya bersedia, tetapi..” perkataan Seraphina dipotong oleh Evelyn.

“Pokoknya kamu harus bantu aku buat melapor soal Pangeran Adrian di mana pun dia berada dan dengan siapa,” kata Evelyn dengan nada tegas.

Hari-hari yang berlalu dengan cepat di istana Valoria, dan Seraphina terus mengingat-ingat isi surat dari Ibunya yang misterius. Saat sedang sendirian membawa pakaian kotor ke tempat pencucian, Seraphina tidak sengaja bertemu dengan seorang pria. Keranjang berat yang dibawa Seraphina seketika jatuh karena tersandung kaki pria itu, pakaian kotor yang dibawanya berjatuhan.

Seorang pria yang berdiri di dekatnya tersenyum ramah sambil membantu mengumpulkan pakaian yang berserakan. “Maafkan saya, Nona,” ucap pria itu dengan sopan.

Seraphina yang masih terkejut dengan kejadian tiba-tiba ini, tersenyum kecut. “Tidak apa-apa, Tuan.”

Lucian terlihat ramah dan membantu, membuat Seraphina merasa sedikit lebih nyaman di tengah situasi yang canggung.

Namun, ketika Seraphina sudah melewati pria tersebut dan berjalan menjauh, dia merasa ada yang aneh dengan pria itu. Seraphina bergumam pelan, “Prajurit itu agak aneh. Biasanya cukup jarang ada yang begitu ramah dan membantu pelayan yang kesulitan.”

Lihat selengkapnya