Dormitory Tales : A Love Story

Nisa
Chapter #8

Bab 8

Jam menunjukkan pukul 10.30, bel istirahat pertama berbunyi. Suasana sekolah mulai ramai dengan siswa-siswi yang keluar dari kelas, mencari udara segar atau menuju kantin. Di salah satu sudut halaman sekolah, Olivia, Ruby, Lidya, Kamila, dan Silvia duduk berkelompok di bawah pohon rindang. Mereka membentuk geng kecil yang baru saja mereka beri nama Sunny karena ingin membawa "keceriaan seperti matahari."

"Eh, kalian pake skincare apa sih?" tanya Silvia sambil membuka cermin kecil untuk memeriksa wajahnya. "Kulitku tuh lagi kering banget, nih."

Lidya, yang dikenal suka bereksperimen dengan produk kecantikan, langsung menjawab, "Pakai toner dulu, Sil. Kalau mau yang bagus, cari yang ada hydrating effect-nya. Sama jangan lupa sunscreen, ya!"

Ruby, yang lebih santai soal skincare, malah menggoda mereka. "Kalian itu ribet banget. Aku mah cuma pake sabun muka, udah glowing kayak gini."

Semua tertawa, sementara Olivia ikut menambahkan. "Ruby, itu karena kulit kamu emang bagus dari sananya. Tapi, tetep ya, sunscreen wajib!"

Obrolan berlanjut dari skincare ke topik lain yang lebih seru, seperti pacar dan gebetan. "Eh, Liv," bisik Kamila sambil tersenyum penuh arti, "Kamu tadi dideketin Kak Bima, ya? Serius banget dia ngajak ngobrol kamu waktu di barisan."

Olivia menghela napas, wajahnya sedikit memerah. "Nggak ada apa-apa, kok. Dia cuma ngingetin soal aturan aja."

"Ih, tapi kan jelas perhatian," goda Silvia sambil mengedipkan mata. "Kak Bima itu tipe suamiable, loh."

Namun, sebelum obrolan mereka berlanjut, tiba-tiba suara cekikikan terdengar dari belakang. Beberapa siswa laki-laki kelas mereka, termasuk Ahmad Faizal, Bagas Yuda, dan Denny Prakoso, mendekati geng Sunny dengan wajah jahil.

"Eh, cewek-cewek Sunny lagi meeting penting, ya?" tanya Faizal sambil bersandar di pohon, senyumnya penuh provokasi.

"Mungkin lagi ngomongin gebetan masing-masing," sambung Denny dengan nada menggoda.

Ruby langsung memutar bola matanya. "Apaan sih, kalian? Nggak ada kerjaan, ya?"

"Eh, tapi kita mau nanya serius, nih," kata Bagas dengan nada tenang tapi matanya jahil. "Ruby, kamu tadi ngomong apa soal Kak Bima di barisan? Katanya kamu ngefans banget sama dia, ya?"

Ruby hampir tersedak mendengar itu. "Apa? Nggak ada ngomong apa-apa, woy! Jangan asal bikin rumor."

Olivia berusaha menahan tawa, sementara Silvia malah menambahkan. "Bagas, kalau mau jahil, jangan ke Ruby aja. Olivia juga sering ngobrol sama Kak Bima, loh."

Mendengar itu, Faizal dan Denny langsung menggoda Olivia. "Wah, wah, Liv. Kamu udah jadi calon adik ipar Kak Bima, ya? Kalau ketahuan, Kak Raihan bisa marah, loh!"

Olivia hanya menggeleng sambil tertawa kecil. "Ih, kalian tuh ya, nggak ada habisnya deh ngusilin kita."

Saat suasana semakin ramai, Ruby berdiri dengan kedua tangan di pinggang. "Kalian nih ya, daripada usilin kami, mending sana bantuin guru angkat barang. Kan lumayan, dapet pahala."

"Eh, iya juga," sahut Faizal sambil pura-pura serius. "Tapi, sebelum itu, kami mau ngambil sesuatu dulu."

Tiba-tiba, Faizal menjulurkan tangannya ke arah snack yang dibawa Silvia dan mengambil sepotong. "Terima kasih, cewek-cewek Sunny! Baik banget kalian bagi-bagi makanan."

"Woi, balikin snack aku!" teriak Silvia, tapi Faizal dan teman-temannya sudah kabur sambil tertawa keras.

Ruby hanya menghela napas sambil menatap Silvia. "Mereka tuh ya, emang nggak bisa lihat kita damai."

"Ya udah, nanti aku balas aja pas olahraga," jawab Silvia kesal tapi masih bercanda. "Mereka nggak tau aku ini jago smash badminton."

Geng Sunny pun melanjutkan obrolan mereka, walau sesekali masih melirik ke arah para laki-laki yang terus mengganggu mereka dari kejauhan.

Lihat selengkapnya