Geng Sunny masuk ke ruang makan A dengan langkah penuh semangat. Mereka langsung mencari meja mereka masing-masing, seperti yang telah diatur tadi pagi. Ruby dan Olivia duduk kembali di meja 12, bergabung dengan kakak-kakak senior: Bima, Faizal, Aisyah, dan Rozi. Suasana di ruang makan sudah mulai ramai, tapi para siswa tetap terlihat antusias meski waktu makan siang mereka terbatas.
Saat semua sudah duduk, terdengar bunyi mikrofon yang sedikit berdesis. "Baik, adik-adik, sekarang kita akan memulai upacara makan siang. Harap semua memperhatikan ya," suara tegas itu berasal dari Aldrich, siswa kelas 12 TKR, yang bertugas memimpin upacara makan siang hari itu.
Aldrich, dengan postur tegap dan wajah yang tegas, berdiri di depan ruangan. Meski kulitnya hitam manis karena sering terpapar matahari selama kegiatan ekstrakurikuler, aura percaya dirinya membuat banyak orang memperhatikannya. Ruby yang sedang menyesap air mineral langsung berkomentar lirih sambil melirik Olivia, "Eh, Liv, kak Aldrich ganteng juga ya. Kayaknya tipe cowok humoris tapi serius gitu."
Kak Aisyah, yang duduk tepat di sebelah Ruby, mendengar komentar itu. Dia tersenyum kecil lalu mendekatkan wajahnya ke arah Ruby sambil berbisik, "Dek, itu pacar aku, loh." Nadanya terdengar tenang, tapi matanya sedikit menyipit seperti memberi peringatan manis.
Ruby langsung terdiam sejenak, lalu buru-buru menutup mulutnya dengan tangan. "Hah? Serius, Kak? Maaf banget, aku nggak tahu. Tapi emang ganteng sih, Kak, pantesan jadi milik Kak Aisyah," bisiknya, mencoba mencairkan suasana dengan pujian.
Aisyah tertawa kecil sambil menggeleng. "Iya, makanya hati-hati kalau mau muji, ya. Tapi aku ngerti kok, Aldrich memang kelihatan mencolok, ya." Dia kembali tersenyum, kali ini lebih santai.
Olivia yang duduk di seberang hanya menggeleng sambil tersenyum simpul. "Ruby, lu tuh emang mulutnya nggak bisa dijaga. Untung Kak Aisyah orangnya santai."
Sementara itu, Kak Bima yang mendengar obrolan mereka hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Adek-adek ini ada-ada aja, baru hari pertama udah bahas pacar orang."
Upacara makan siang pun dimulai, dipimpin oleh Aldrich yang dengan suara lantangnya memandu seluruh siswa untuk berdoa bersama sebelum makan. Momen formal itu berjalan lancar, meskipun di sudut meja 12, geng Sunny sibuk mencuri-curi pandang ke arah kakak-kakak senior lainnya. Ruby, tentu saja, tetap jadi yang paling heboh dengan komentarnya, tapi kali ini dia menahan diri agar tidak menyinggung siapa-siapa lagi.
Saat makan siang dimulai, suasana di meja 12 cukup ramai dengan berbagai interaksi. Kak Bima terlihat perhatian sekali pada Olivia, bahkan sesekali mempersilakan Olivia mengambil lauk lebih dulu. "Dek, ayamnya ini enak, cobain deh," katanya sambil menunjuk piring lauk yang ada di tengah meja. Olivia hanya mengangguk pelan sambil tersenyum, sedikit canggung, karena perhatian kakak kelas yang cukup intens. Ruby, yang duduk di sebelahnya, menyikut pelan Olivia sambil berbisik, "Eh, Liv, liat tuh, Kak Bima udah kayak mau daftarin kamu jadi ratu TKJ."
Sementara itu, kak Rozi asyik bercanda dengan kak Faizal, membuat mereka berdua tertawa terbahak-bahak seperti sedang mendengar lelucon terbaik di dunia. Mereka bahkan tak peduli ketika beberapa siswa lain mulai melirik ke arah mereka karena suara tawa mereka yang cukup keras. Kak Rozi, seperti biasa, punya cara membuat suasana lebih santai.
Namun, di sisi lain, Kak Raihan, yang duduk di meja senior, memperhatikan meja 12 dengan tatapan tajamnya. Matanya yang besar dan ekspresi serius membuat seisi ruangan tahu bahwa dia sedang "mengawasi." Ruby, bukannya merasa risih atau takut, malah terlihat semakin berbunga-bunga. "Liv, liat deh, Kak Raihan keren banget kalau serius kayak gitu, ya. Tampangnya kayak mau ngeluarin perintah militer. Aduh, makin suka aku!" bisik Ruby sambil memegangi pipinya, seolah sedang mengkhayal.
Mendengar itu, kak Aisyah, yang duduk di samping Ruby, ikut berkomentar sambil menahan tawa. "Ruby, kamu tahu nggak? Kak Raihan itu udah ada yang punya, loh. Namanya Kak Syahla, anak 12 TGB."
Ruby langsung terdiam sejenak, lalu mendecakkan lidah. "Hah, serius, Kak? Ya ampun, hancur hatiku. Tapi nggak apa-apa, aku tetep suka lihat dia! Siapa tahu, kalau jodoh, jalannya dipermudah, Kak," balas Ruby dengan nada bercanda, membuat kak Aisyah tertawa kecil.
Olivia yang mendengar percakapan itu hanya menggeleng sambil menahan senyum. "Ruby, kamu tuh emang nggak ada matinya, ya. Satu meja penuh senior, kamu tetep aja ngefans sama mereka semua."
Kak Bima, yang mendengar itu, tiba-tiba menimpali. "Ruby, kalau kamu butuh saran soal cinta, tanya aja ke Kak Rozi. Dia tuh ahli banget urusan kayak gitu," katanya sambil tertawa kecil.
Kak Rozi langsung mengangkat tangan seperti orang yang mengaku bersalah. "Jangan percaya sama Bima, ya. Nanti kalian malah tambah pusing."
Meja 12 pun jadi salah satu meja yang paling ramai di ruang makan. Meskipun waktu makan hanya 15 menit, suasana di meja itu penuh tawa, candaan, dan, tentu saja, sedikit bumbu romansa dari interaksi antar siswa.
Ruby dan Olivia, seperti biasa, tidak bisa menahan rasa ingin tahu mereka. "Kak, Kak, yang mana sih Kak Syahla itu? Orangnya kayak apa?" tanya Ruby sambil mencondongkan tubuh ke depan, seolah semakin dekat bisa membuat jawabannya lebih cepat keluar.
Kak Faizal, yang dikenal suka usil, langsung menyambung dengan penuh semangat. "Oh, Kak Syahla itu ada di ruang makan B. Orangnya cantik banget, putih, anggota paskibra, ikut English club juga. Terus ya... bohay gitu, lah!"
Mendengar deskripsi itu, Ruby langsung membulatkan matanya sambil berseru kecil, "Hah?! Bohay? Serius, Kak? Aduh, kalah aku, dong!" Olivia hanya tertawa kecil di sebelah Ruby, menutup mulutnya sambil mencoba menahan tawa agar tidak terlalu keras.