“Mahasiswi saya beragam usianya,” jawab Kavi dengan tatapan yang terpaku pada layar laptop di depan Nola.
Tidak mau menyela, Nola hanya berani melirik Kavi. Namun, rupanya lirikan itu dilihat perempuan yang berdiri di sudut meja. Membuatnya membentak hingga membuat Nola hampir jantungan.
“Apa-apaan kamu! Ini ruang dosen! Saya minta kamu keluar,” bisik Kavi marah.
“Kamu gak boleh giniin aku! Kenapa kamu belain dia!”
“Moira, tolong keluar sekarang. Karena kamu tidak berkepentingan di sini,” tegas Kavi.
Moira.
Nola menyimpan nama itu dalam ingatan. Ia akan menceritakannya pada Tory.
Moira pun melangkah ke luar penuh dengan kekesalan. Entakkan flat shoes-nya memenuhi seisi ruangan. Nola menjadi teringat akan ancaman Moira di kantin. Jemarinya mendadak mengetuk-ngetuk meja tanpa diperintah.
Tepukan Kavi di bahu sontak membuat Nola terkejut. Ternyata ia mempersilakan untuk pergi sebab tiga puluh soal sudah terisi semua. Tidak seperti saat ia menggebu-gebu memberi tugas, kali ini dosen Operasional Tata Boga itu tampak melunak. Lebih tepatnya seperti ada beban setelah bertemu Moira.
Nola mengambil kesempatan untuk pergi secepat kilat menuju taman tanpa sepatah kata.
Setibanya di taman, Tory yang sedang berbaring di atas hamparan rumput itu langsung memiringkan tubuh, menyangga kepala dengan tangan begitu sadar ada Nola di sampingnya. Ia memberi kesempatan Nola untuk meneguk air mineralnya terlebih dahulu sebelum melayangkan pertanyaan.
“Makin lama makin gila tuh dosen!”
“Habis diapain sih?” goda Tory.
Sontak membuat Nola melemparnya dengan botol air mineral. Tory hanya tertawa melihat sahabatnya itu manyun tidak karuan.
Nola mulai menceritakannya dari awal hingga akhir. Termasuk beberapa soal aneh yang masih diingatnya. Tory menggaruk kepalanya begitu mendengar soal yang dianggap aneh itu. Bukan pertanda setuju, melainkan bingung, sebab tidak mengerti jurusan Manajemen Kuliner.
Tory diam sebentar, ia kembali berbaring berbantalkan kedua tangan. Menatap kumpulan awan dibalik kacamata hitamnya. Nola mengambil buku dari dalam tas, lalu memanfaatkan perut Tory sebagai bantal. Posisi membaca ternyaman bagi Nola.