Dosa Nola di Kampus Ganas

Radhiya Afma
Chapter #6

Bab 6

Cepat-cepat Nola menyembunyikan air mata ketika papa menyusulnya ke dapur. Ingin hati menanyakan, tetapi semua tertahan di lidah. Bibirnya bergetar seperti tidak sanggup lagi menahan ratusan kata yang harus diperjelas.

Tepukan halus di pundak menyadarkan Nola dari lamunan. Papa memberitahunya jika air dalam gelas tumpah. Buru-buru ia berhenti memencet tombol dispenser. Dan sibuk mencari lap agar tidak ada yang terpeleset.

Lima belas menit kemudian, setelah lantai kering dan selesai mencuci peralatan makan, mereka bertiga pulang.

Tory yang mengendarai motor sendiri sudah lebih dulu menghilang saat Nola masih mengenakan helm.

Di jalan, gadis itu meremas-remas jarinya. Obrolan papa yang mengendarai motor terdengar seperti angin, berlalu begitu saja. Otaknya sibuk memikirkan perkara piutang. Belum lagi tes praktik besok. Oh, dan satu lagi, Moira.

Setibanya di rumah, pikiran yang Nola harapkan bisa terbawa angin itu rupanya terikat erat di kepalanya.

“Hutang, praktik, Moira.”

Sambil menikmati putaran tiga kata tersebut, ia membuka pagar hitam rumahnya agar motor bisa menempati tempat peristirahatannya di pekarangan.

“Nola, papa mau ngomong. Kamu belum mau istirahat kan?” tanya papa.

Nola yang baru saja menginjakkan kaki ke teras yang berkeramik marmer hitam, dengan cepat menggeleng. Ia pun memasukkan kunci dan memutarnya hingga pintu berdaun dua lengkung itu terbuka.

Duduk di sofa ruang keluarga dengan papa di sisinya. Sempat hening sebentar, sebelum akhirnya papa berbicara.

“Biar bagaimana pun, Kavi itu dosenmu.”

“Kavi memang dosenku, Pa,” ucap Nola bingung.

“Maksud Papa, kalian itu hanya sebatas mahasiswa dan dosen. Tidak lebih, sama seperti kamu dan Tory.”

“Beda dong, Pa. Aku sama Tory itu sahabatan. Kalau sama Kavi kan, ya, memang mahasiswa dan dosen. Sudah lah, Pa. Nola tahu. Mikirin tugas aja pusing, apalagi mikirin pacar,” ucap Nola seraya tersenyum. “Pa, uang gedung yang kemarin, Papa pinjam ke siapa?” lanjutnya yang nyaris berbisik.

“Kamu enggak usah khawatir. Biarkan itu jadi urusan Papa. Yang penting kamu kuliah yang bener. Dah, udah malem. Ayo istirahat, besok kamu ada tes praktik tuh,” jawab laki-laki paruh baya yang rambutnya semakin memutih itu.

***

Setengah atau lima belas mahasiswa di kelas Nola berjalan menuju ruangan Praktik yang bersebelahan dengan ruang Main Kitchen. Gadis mungil yang pagi ini tampak lebih percaya diri dengan seragam lengkap, hat cook; topi agar tidak ada rambut yang jatuh ke makanan, double breasted jacket; baju, berwarna putih dengan tiga garis biru di sisi kirinya, trousers; celana panjang hitam, apron berwarna hitam yang menutupi pinggang hingga lutut, lengkap dengan side towl; handuk yang menggantung di sisi pinggang apron, dan sepatu khusus berwarna hitam tidak berhenti meyakini kalau ia akan lulus hanya dengan satu kali praktik.

Di dalam ruangan mereka dibagikan selembar kertas yang mana adalah sebuah menu yang harus mereka buat. Walau ini baru kali pertamanya bagi mahasiswa semester dua menjalani tes praktik, lagi-lagi Nola sangat yakin dibalik kertas di atas meja di hadapannya sekarang sebuah menu yang bertuliskan Beef Stroganoff.

Lihat selengkapnya