Dosa Turunan

Tian Setiawati Topandi
Chapter #8

6. Gadis Bisu

Suatu hari, aku menemukanmu.

 

Tetaplah teguh, meski yang

 merendahkanmu adalah orang terdekat,

karena nilai dirimu tak ditentukan oleh

pandangan mereka.

 

MALAM itu, bintang-bintang berkerlip lembut di langit, tetapi suasana di rumah sederhana Haji Engkus terasa lebih gelap dari biasanya. Alif duduk di dalam kamar, mencoba menenangkan pikirannya setelah perdebatan sengit dengan ayahnya. Pikirannya masih berkecamuk tentang Budi, anak seorang simpatisan PKI, dan kata-kata ayahnya terus terngiang di telinganya.

"Anak itu... darahnya membawa dosa orang tuanya. Jangan dekat-dekat!" Itulah yang selalu ditekankan Haji Engkus. Sebagai kuwu desa, sosok Haji Engkus dihormati dan ditakuti, tetapi Alif merasa ada yang tak benar dengan cara berpikir ayahnya.

Ketika pintu rumah diketuk dengan keras, suasana tegang itu semakin pekat. Alif menoleh, melihat adiknya, Aminah, yang tampak cemas dan hendak bangkit untuk membuka pintu.

"Aminah, jangan! Kau perempuan, tak usah ikut campur urusan seperti ini," suara ayahnya terdengar keras, membuat Aminah berhenti di tempat. Alif merasa sesak mendengar kalimat itu. Ayahnya selalu bersikap begitu—menganggap perempuan lemah dan tak sanggup menghadapi situasi sulit. Padahal, Aminah hanya berjarak dua tahun dengannya, tetapi perlakuan ayah kepada mereka begitu berbeda.

Alif menatap ayahnya dengan cemas, takut perdebatan mereka tadi membawa masalah lebih besar. Haji Engkus melempar tatapan tajam ke arahnya. "Kalau ini ada hubungannya lagi dengan kebodohanmu soal Budi, Abah tak akan tinggal diam, Alif!" suara Haji Engkus tegas, memperingatkan Alif.

Lihat selengkapnya