Dosa Turunan

Tian Setiawati Topandi
Chapter #25

23.Dosa yang Diinginkan

ALIF merebahkan tubuhnya di lantai kayu kontrakan yang kering, menatap langit-langit yang gelap. Suara kipas angin yang berputar pelan, dengan bunyi gemeretak kecil, menjadi satu-satunya irama dalam keheningan malam itu. Napasnya berat, serasa ada beban besar di dadanya yang sulit dilepaskan. Kegagalan demi kegagalan hari ini membuatnya semakin mempertanyakan keputusannya untuk meninggalkan desa.

Budi sudah terlelap di sebelahnya, pelan-pelan terdengar dengkuran halus dari tubuh kecilnya yang melingkar di bawah selimut tipis. Sementara Ba duduk di dekat pintu, menambal pakaian yang mulai robek. Cahaya temaram dari lampu minyak kecil di sudut ruangan menyorot wajahnya yang lelah, tapi Ba tetap tampak tenang, meskipun di balik ketenangan itu Alif tahu ada kegundahan yang sama besarnya.

Alif menghela napas dalam-dalam. “Kenapa rasanya begini berat, Ba? Seperti ada tembok yang terus saja menghalangi kita.”

Ba berhenti sejenak dari pekerjaannya, menatap Alif dengan lembut. “Kita baru saja mulai, Lif. Ini memang berat, tapi kita bisa bertahan. Semua ini butuh waktu.”

Alif mendengar kata-kata Ba, tapi hatinya masih diliputi kegelisahan. Ia mulai bertanya-tanya, apakah benar dirinya bisa bertahan tanpa bantuan Haji Engkus. Di Buniseuri, meski kehidupannya sederhana, setidaknya ia punya dukungan dari Haji Engkus. Tapi sekarang? Di Karawang yang asing ini, dia merasa begitu kecil dan tak berdaya.

Lihat selengkapnya