Dosa Turunan

Tian Setiawati Topandi
Chapter #36

34.Malam Gelisah

MALAM di Karawang terasa lebih sunyi dari biasanya, angin dingin bertiup lembut, merasuk hingga ke dalam kontrakan sempit tempat Ba dan Alif tinggal. Suara tetesan air dari genting yang bocor menambah suasana muram. Di depan Ba, mesin jahit yang baru diberikan oleh Pa'le Tori beberapa hari lalu tampak tidak tersentuh. Meski tangannya berada di atas kain, pikirannya melayang jauh, memikirkan perubahan sikap Alif yang semakin membuatnya resah.

Alif baru saja pulang. Wajahnya kusut, terlihat lelah, tapi tak ada sapaan atau senyum seperti dulu. Tanpa bicara, Alif langsung duduk di meja makan dan menatap piring nasi yang sudah dingin sejak sore tadi.

“Kamu mau makan?” tanya Ba dengan suara lembut, berharap bisa memulai percakapan.

Alif hanya mengangguk singkat, tanpa menatap Ba. Ia mengambil sendok dan mulai menyuap nasi tanpa sepatah kata. Ba merasa ada sesuatu yang semakin jauh di antara mereka. Sejak Mail dan Pa'le Tori datang membawa mesin jahit, sikap Alif semakin dingin dan seringkali marah tanpa alasan jelas. Padahal, Ba hanya ingin membantu, meringankan beban yang Alif pikul.

“Aku cuma mau bantu, Alif,” kata Ba lirih, berharap Alif memahami maksudnya. “Supaya kamu nggak sendirian mikirin soal uang.”

Alif menghentikan makannya. Ia menatap Ba tajam, meletakkan sendoknya dengan kasar di piring. Suara dentingan sendok terdengar nyaring di ruangan yang sempit itu.

“Kamu pikir bantuan dari Mail itu solusi?” Alif mendengus. “Kamu kira aku nggak sadar? Kamu kira aku nggak lihat apa yang terjadi? Mail bantu, Pa'le Tori bantu, sementara aku? Aku ini kepala keluarga, Ba, bukan orang lain.”

Lihat selengkapnya