Dosa Turunan

Tian Setiawati Topandi
Chapter #46

45.Epilog: Tegak, Rahasia, Tawadhu

SIANG itu, Jakarta terjaga dari teriakan ribuan suara yang berkumpul di depan Gedung MPR/DPR. Asap dari kendaraan bercampur dengan bau bensin dan sengatan matahari yang menyengat. Aku berdiri di barisan depan, dikelilingi oleh ribuan mahasiswa yang bersatu dalam semangat perjuangan.

“Saudara-saudara!” teriakku dengan suara yang nyaring, berusaha menembus kebisingan. “Kita di sini bukan hanya untuk menuntut perubahan, tetapi untuk menghentikan sistem yang menindas rakyat!”

Di sampingku, Arlan memegang megafon, wajahnya serius dan penuh tekad. Asti berdiri di sebelahnya, memegang poster “Reformasi!” yang koyak, matanya penuh semangat. Bau keringat dan asap gas air mata mulai menyatu di udara, terasa mencekik tenggorokan.

“Mari kita lihat!” Arlan meneriakkan, semangatnya menyala. “Apa yang mereka lakukan? Rakyat merana, harga-harga melambung, sementara mereka terus memperkaya diri!”

Di sekelilingku, wajah-wajah muda memancarkan kemarahan. Aku menggenggam spanduk bertuliskan "Jangan Biarkan Rakyat Tertekan Oleh Korupsi!" Setiap teriakan dan sorak-sorai kami menjadi simfoni kemarahan yang menggema.

“Tahu apa yang paling menyakitkan?” aku melanjutkan, merasakan detak jantung yang cepat dan panasnya matahari yang membakar kulit. “Kita sudah merdeka dari penjajahan fisik, tetapi kita masih dijajah oleh mereka yang rakus! Kaum borjuis, penggila Korupsi yang menghisap darah rakyat!”

Lihat selengkapnya