DOUBTFULLNESS

Fitra Nopiyanti
Chapter #4

DOUBTFULLNESS 4

"Udah siap belum?!" Suara teriakan Tasya memenuhi satu ruangan yang kini ia tempati bersama Adam dan kedua orang tuanya, tak lupa ayah Adam juga. Mereka berlima menghiasi sebuah ruangan dengan balon balon dan juga pernak pernik ultah lainnya.

"Udah! Lo langsung jemput mami di salon. Ntar curiga lagi" Tasya langsung menganggukan kepalanya paham mendengar perintah Adam barusan. Tasya langsung keluar dan segera mencari taksi untuk mengantarnya ketempat mami Adam berada.

Rencana yang Tasya dan Adam adakan semalam gagal. Karena Pratama harus kekantornya pagi pagi. Dan bisa pulang saat siang hari, jadi Tasya lah yang harus menemani Ranti untuk jalan jalan. Dan saat Ranti ingin pergi salon, Tasya langsung pamit sebentar dengan alibi ingin membeli sesuatu.

*******

"Maaf yah mi, Tasya lama" ujar gadis itu. Kini Tasya sudah berada disebuah salon yang tak jauh dari rumah Adam dan rumahnya. Wanita yang duduk sambil menatap pantulan dirinya di cermin langsung memutar kepalanya kesamping dimana ada Tasya disana berdiri. Wanita itu tersenyum hangat.

"Gak papa. Mami juga baru selesai kok. Oh iya, mana belanjaan kamu?" Tanya Ranti, mami Adam ketika ia tidak melihat kantongan apapun di tangan Tasya.

"Ah? Itu mi, Tasya gak nemu barang yang Tasya cari jadi gak beli apa apa" jawab Tasya gelagapan, karena ia telah berbohong kepada Ranti. Dan untung saja Ranti percaya dengan alibinya.

"Oh gitu yah. Yaudah yuk balik, mami udah capek" Ranti langsung berdiri dan memegang tangan Tasya menuntunnya ke kasir dan membayar perawatannya.

Mereka berdua keluar dari salon dan berjalan menuju parkiran dimana mobil Ranti terparkir. Tasya dan Ranti langsung masuk kemobil dan segera melaju membelah jalanan yang ramai.

*******

Disinilah mereka berdua berada. Dipekarangan rumah Ranti. Tasya sudah turun dari mobil, dan Ranti sedang memasukan mobilnya kedalam garasi rumah. Ranti segera turun dari mobil dan menghampiri Tasya yang menunggunya.

"Makasih yah sayang, udah temenin mami ke salon" ucap Ranti tulus diiringi dengan tangannya yang mengelus kepala Tasya.

"Sama sama mami. Lain kali, kalau mau pergi pergi ajak Tasya aja mi. Tasya bakalan temanin mami kok. Asal Tasya gak sibuk hehe" Ranti tersenyum hangat mendengar jawaban dari Tasya.

"Mampir kerumah mami dulu yuk? Didalam ada Adam juga sama papi" ajak Ranti. Tapi Tasya menolaknya dengan gelengan kepala pelan.

"Gak usah mi, Tasya ada urusan. Lain kali aja yah" tolak Tasya sopan. Karena sebenarnya dia akan lewat pintu belakang masuk kerumah Ranti.

"Oh gitu yah?"

"Iya mi. Yaudah Tasya pulang dulu yah mi. Assalamualaikum" pamit Tasya kemudian menyalimi tangan Ranti dan mengecupnya singkat.

"Waalaikumsalam. Hati hati, awas kesandung batu. Nanti kamu lecet lagi" ucap Ranti memperingati. Padahal rumahnya dan rumah Tasya hanya memerlukan beberapa langkah. Tasya hanya tertawa dan menganggukan kepalanya.

"Siap Mi!" Setelahnya Tasya berjalan keluar dari pekarangan rumah Ranti. Ranti juga segera masuk kedalam rumahnya.

Dan tepat saat Ranti menghilang dari balik pintu, Tasya kembali menampakkan dirinya dibalik gerbang dan mengecek situasi. Saat dirasa Ranti benar benar sudah masuk kedalam rumah, Tasya langsung kembali dan berjalan menuju pintu belakang rumah Adam.

Tasya berhasil sampai dengan cepat dan menghampiri Adam, Pratama, Rita dan Putra berada.

"Huh!" Keluh Tasya. Bayangkan saja ia berlari dari depan dan kebelakang, lalu mengendap ngendap masuk kekamar Ranti agar tak ketahuan.

"Gimana? Mami udah masuk rumah?" Tanya Adam.

"Udah. Paling bentar lagi masuk kamar" jawab Tasya cepat. Gadis itu kembali menetralkan nafasnya yang tidak berarturan. Adam yang berdiri disampingnya dengan sigap mengelus punggung Tasya.

"Eh eh eh. Kayaknya Ranti mau buka pintu tuh" ucap Rita pelan. Mereka langsung melihat kearah gagang pintu yang mulai bergerak. Dan mereka pun mulai bersiap siap dan suasana langsung hening seketika bersamaan dengan Prtama yang mematikan lampu.

Cklek

"Eh! Kok gelap?" Heran Ranti tepat saat ia masuk kedalam kamarnya. Wanita itu berjalan dengan pelan dan hati hati. Ia mencari saklar lampu kamarnya. Dan!!!

"Happy Birthday!!!" Lampu kembali menerangi kamar Ranti bersamaan dengan ucapan yang dilontarkan orang orang terdekatnya.

Ranti menutup mulutnya dan matanya mulainberkaca kaca menatap keluarga dan sahabatnya beserta anak sahabatnya. Satu persatu dari mereka menghampiri Ranti.

"Happy birthday sayang" ucap Pratama yang maju pertama. Tak lupa ia memberikan kecupan di kening istrinya itu kemudian memberikan sebuah hadiah yang dibungkus rapi.

Lihat selengkapnya