Hari ini awan terlihat mendung, seperti akan turun hujan. Langit memandang awan sampai tek berkedip, ia masih bingung sama apa yang terjadi sama keluarganya belakangan hari ini.
Sudah hampir seharian Langit berdiam di teras depan rumah neneknya. Iya, ini hari pertama Langit tinggal di rumah neneknya. Gak hanya ada nenek di rumah ini, ada kakek, om dan tantenya. Tetapi, om dan tantenya jarang sekali pulang ke rumah karena keduanya sudah bekerja dan pulang suka larut malam.
Langit kembali masuk kedalam rumah neneknya, meninggalkan awan yang semakin mendung di atas langit.
Ketika Langit hendak masuk kedalam kamarnya, Langit melewati kamar kedua orangtuanya, Wira dan Rina. Mereka seperti sedang bertengkar, entah karena apa.
'APA KAMU HARUS KE ARAB, KANG?' Tanya Rina, disertai isak tangisnya.
'KALAU AKU GAK PERGI, SIAPA YANG MAU BANTUIN AKU LUNASIN SEMUA HUTANG AKU?!' Bentak Wira dengan sangat keras.
'KITA BISA BUKA USAHA DARI AWAL LAGI, KANG!'
'EMANG KAMU PIKIR AKU PUNYA UANG?! INI SEMUA SALAH KAMU YANG TERLALU BOROS, SAMPE KITA GAK PUNYA TABUNGAN SAMA SEKALI!'
'KAMU KENAPA NYALAHIN AKU? KAMU SENDIRI KAN YANG MEMBEBASKAN AKU UNTUK BELANJA APAPUN YANG AKU MAU?!'
'KAMU HARUS NYADAR DIRI! APA YANG PENTING DAN GAK PENTING!'
'LAGIAN AKU BELANJA BUKAN CUMA BUAT DIRI AKU SENDIRI, BUAT LANGIT BUAT KAMU JUGA KANG!'
'APANYA YANG BUAT AKU? KERJAAN KAMU SHOPING DAN SHOPING! KAMU JUGA TERLALU MEMANJAKAN ANAK ITU, APA PUN YANG DIA MAU SELALU SAJA KAMU TURUTIN!'
'BUKANNYA ITU KEMAUAN KAMU? KAMU YANG NYURUH AKU BUAT MANJAIN LANGIT!'
Perang adu mulut Rina Wira terus saja berlangsung, Langit yang mendengar itu langsung berlari ke kolong meja makan, Langit menutup kedua telingannya dangan menggunakan kedua tangannya.
Langit menangis, lagi-lagi kedua orang tuanya bertengkar. Langit bingung harus ngapain, yang ia bisa hanya menangis, itu saja.
"Hiks..hiks..hikss.." tangis Langit.
Langit diam di belakang pintu kamar orang tuanya, ia duduk sambil memeluk kedua kakiknya. Air matanya terus mengalir, isak tangisnya semakin kencang.
Langit bingung, apa yang terjadi sama kedua orangtuanya. Ia mengacak-ngacak rambutnya, sampai rambutnya berantakan.
Rina yang mendengar isak tangis Langit langsung menghampiri Langit, diikuti dengan Wira dibelakangnya.
Rina duduk, mensejajarkan tubuhnya dengan Langit yang lagi duduk di Lantai.
"Angit..." panggil Rina pelan, sangat lembut.
Langit melihat ke arah Rina dan Wira yang ada di hadapannya.