DOWNPOUR

Euis Shakilaraya
Chapter #2

PAGI ITU...

“Pagi yang dingin di musim yang basah.”

___

“Kamu jadi ke Surabaya, Rey?” tanyaku.

“Jadi. Kamu nggak apa-apa kan aku tinggal seminggu? Bakal kerepotan nggak kerja sambil jaga Alysa?”

“Papi! Kapan Alysa ngerepotin Mami? Nggak pernah kan ya, Mi?”

Aku dan Rey sontak tertawa. Semenjak masuk kelas satu sekolah dasar, Alysa memang sangat bersikeras bahwa dirinya sudah mampu menjadi anak yang bertanggung jawab dengan sekolah yang rajin dan mengerjakan PR tanpa dibantu oleh mami dan papinya. Namun kenyataan berbicara lain. Dia masih suka merengek dan menangis di sekolah saat teman sekelasnya mengganggunya, dan hal itu tidak termasuk dalam perhitungannya.

“Anak Papi emang nggak pernah ngerepotin Mami. Cuma bikin Mami pusing aja.”

“MIII! Papinya tuh. Mami bilang, nggak boleh merendahkan orang lain dengan cara ngata-ngatain.”

“Sudah... Alysa cepat sarapannya. Dan Rey... aku nggak sempet beliin vitamin. Nanti kamu beli sendiri sebelum berangkat ya.”

“Siap, Sayang. Oya, koper yang udah siap untuk aku bawa ke luar kota, kamu taruh di mana?”

“Ada di kamar depan deh kayaknya.”

Rey memang sering sekali pergi dinas ke luar kota. Walaupun biasanya hanya sekitar dua atau tiga hari. Dan kali ini, merupakan rekor baru. Seminggu, katanya. Sudah terbayang akan bagaimana kangennya aku dan Alysa terhadap Rey.

Aku dan dia menyiapkan koper-koper khusus yang dapat dia bawa meskipun perjalanan dinasnya mendadak. Karena aku yang sibuk dengan berbagai macam kegiatan membuat kami harus menemukan solusi agar tidak bertengkar karena hal-hal sepele. Misalnya, lupa memasukkan sikat dan pasta gigi ke koper Rey. Dia sangat cerewet tentang barang-barang pribadinya.

“Oya, Rey. Hari ini aku nggak terlalu sibuk. Aku cuma ada pertemuan sama panitia yang ngundang aku ke acara kampusnya. Membicarakan hal-hal santai sih. Aku minta waktu untuk lebih dekat sama panitia acara. Biar pas nanti hari H nggak ada yang kurang.”

“Bagus tuh. Aku setuju. Tapi kok bisa diundang sama fakultas seni? Temanya apa?”

“Jadi ada klubnya gitu, Rey. Mereka pengen aku nyampein materi psikologi yang berkaitan sama organisasi. Ya ada pembicara lainnya juga. Dosen seni rupa, katanya.”

“Di mana ketemuannya?”

“Aku minta di kafe. Padahal mereka mau ke kantor. Kalau di kantor terlalu resmi suasananya.”

Lihat selengkapnya