DRAFTER: Sebuah Perjalanan

Ade Imam Julipar
Chapter #14

SEMINAR

Kali pertama mengikuti seminar AutoCAD pertengahan Februari tahun 2014. Seminar itu diadakan di Hotel Le Meredian. Sangat megah, baik dari segi desain panggung, tempat duduk perserta, maupun makanan-makanan yang dihidangkan.

Aku bersama para murid AutoCAD-ku menghadiri seminar itu sebagai: peserta.

“Mas Ade, nanti hadir ke seminar Autodesk ya. Orang dari Autodesk mau ngasih penghargaan ke mas Ade karena sudah menulis banyak artikel AutoCAD dan juga sudah mengembangkan komunitas AutoCAD di Indonesia,” ucap Mas Yudhis ketika itu.

Dan aku pun mengiyakan.

“Nanti minta pasfoto 3 x 4 ya, Mas Ade. Orang sana minta, mungkin buat dipasang di piagam penghargaannya,” lanjut Mas Yudhis.

Pasfoto 3 x 4! Pikiranku langsung melayang pada masa SD dulu.

***

"De, nanti foto 3 kali empat ya. 4 lembar," kata Pa Djumari dengan logat medok jawa-nya.

Dia katakan itu seminggu sebelum pembagian raport. Pa Djumari adalah wali kelas aku waktu di SD. Ketika itu aku kelas 4 SD.

"Iya, pa," jawabku dalam kebingungan.

Buat apa beliau minta foto aku? Pikirku ketika itu. Ternyata ada dua teman kelasku yang juga diminta fotonya.

Ibu aku pernah berkata, yang namanya guru itu harus diikuti. Apapun katanya. Karena kata guru juga berasal dari singkatan: digugu dan ditiru. Jadi, sebagai murid kita harus patuh. Walaupun bingung, aku tidak bertanya ke Pa Djumari buat apa beliau minta foto. Aku iyakan saja.

Esok harinya aku serahkan foto 3x4 itu ke Pa Djumari. Aku malamnya foto di studio foto Jaya Orient, yang kebetulan berjarak hanya 2 toko dari toko orang tua aku. Waktu itu orang tua aku masih buka toko sembako.

Kemudian datanglah hari Sabtu. Hari dimana raport hasil dari ulangan harian ditambah hasil ulangan per empat bulan dibagikan. Zaman aku sekolah SD pembagian raport diadakan setiap empat bulan sekali. Dan itu dinamakan: catur wulan. Jadi, dalam setahun kami menerima raport tiga kali.

Pa Djumari memerlukan menyampaikan beberapa kata sambutan. Yang isinya: harus rajin belajar, rajin masuk sekolah, berpakaian rapih, dan segala peraturan-peraturan yang lainnya. Tiba di penghujung sambutan, Pa Djumari mengumumkan beberapa nama siswa yang berprestasi. Atau dalam istilah aku waktu itu: Juara kelas.

Yang disebut pertama adalah juara ketiga. Dan itu jatuh ke kawan aku Maman. Disusul juara kedua: Suminta. Dan ketika akan menyebut juara kesatu, Pa Djumari sengaja memperlambat kata-katanya.

"Juara satunya ......adalah..........," demikian Pa Djumari mengumumkannya. Lambat sekali. Seakan waktu berhenti bergerak. Juga nafas kami, bocah-bocah kecil umur kisaran sebelas tahunan.

"Juara satunya adalah.........," Pa Djumari mengulang lagi. Suasana kelas pun sedemikian sunyi. Mungkin degup jantung bocah-bocah itu terdengar jelas di kesunyian seperti itu. Untung saja teman-teman sekelas aku tidak ada yang kentut. Kalau saja ada yang kentut. Mungkin suaranya akan terdengar seperti geledek di siang hari.

"Juara satunya adalah.......Ade Imam!" seru Pa Djumari.

Sontak seluruh kelas bertepuk tangan. Riuh sekali.

Mendengar nama aku disebut sebagai juara satu oleh Pa Djumari, aku kebingungan bercampur malu. Karena tidak menyangka akan menjadi juara satu. Bingung dan malu bercampur bangga.

Ooh, pantas saja Pa Djumari seminggu sebelum dibagi raport minta foto ke aku. Ternyata foto itu untuk ditempel di Piagam Penghargaan.

Itulah kali pertama aku mendapat juara satu di kelas. Sungguh pengalaman yang tidak bisa aku lukiskan dengan kata-kata. Dan pada saat itu juga kali pertama aku tahu istilah: Ranking. Karena di Piagam Penghargaan tertulis: Ranking satu. Ooh, berarti ranking kata lain dari juara. Itu persamaan kata dari juara.

Lihat selengkapnya