Alhamdulillah anak keduaku telah lahir dengan selamat dan sehat. Tak henti-hentinya aku mengucapkan syukur atas nikmat yang sudah diberikan Tuhan pada aku ini. Aku masih dipercaya untuk menerimanya. Dan ini makin mempertebal keyakinan aku bahwa Tuhan memang tidak pernah berhenti berkreasi. Selalu saja ada keajaiban tercipta.
Kuberi nama anak keduaku: Genta Azhar Adiyasa.
Ketika bicara tentang anak, ingatan selalu dibawa pada beberapa bait syair puisi yang pernah ditulis Kahlil Gibran. Gibran melukiskan anak dengan indahnya. Dan juga terasa sekali menyentak.
Anak adalah kehidupan,
Mereka sekedar lahir melaluimu tetapi bukan berasal Darimu.
Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu,
Curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan Pikiranmu
karena mereka Dikaruniai pikiranya sendiri
Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya,
Karena jiwanya milik masa mendatang
Yang tak bisa kau datangi
Bahkan dalam mimpi sekalipun
Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah
Menuntut mereka jadi seperti sepertimu.
Sebab kehidupan itu menuju kedepan, dan
Tidak tengelam di masa lampau.
Kaulah busur,
Dan anak -- anakmulah anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian.
Dia menantangmu dengan kekuasaan-Nya,
hingga anak panah itu meleset,
jauh serta cepat.
Meliuklah dengan sukacita
Dalam rentangan Sang Pemanah,sebab Dia
Mengasihi anak- anak panah yang meleset laksana kilat,
Sebaimana pula dikasihiNya busur yang mantap
Coba resapi kalimat demi kalimat dari puisi itu. Sungguh jauh bertolak belakang dengan apa yang kita pikirkan dan rasakan. Itu pun jika kita adalah orang yang sudah memiliki anak. Karena hanya orang yang memiliki anak lah yang bisa menyanggah untaian kalimat-kalimat dari Gibran. Walau tertulis indah, tapi tidak seindah maknanya.