Dragana

Jufan Rizky
Chapter #18

Chapter 17 - The Might of Ramsey

RAMSEY mengeluarkan serangkaian pisau dari balik bajunya. Lalu seperti yang diduga Dormand, ia melemparkan pisau-pisau itu dengan elemen-elemen yang berbeda. Menuruti instingnya, Dormand menangkis satu-persatu pisau itu dengan ujung mata Twaynard yang tajam.

Ia pun segera maju tanpa membiarkan Ramsey melakukan serangan lagi. Dormand menekan tombol merah pada Twaynard-nya dan dengan segera api menyebar dari ujung lancip yang terbuat dari terra tersebut. Api menyebar ke seluruh Twaynard dan menjadikannya tombak api. Kau lihat, Yoshiyama? Ujung tongkatku kali ini bukan sekadar pajangan.

Dormand lalu melancarkan serangan-serangan mematikan ke arah Ramsey. Kali ini sang master eremento hanya bisa menghindar. Dengan kecepatan yang mengagumkan Dormand menombak Ramsey dan sesekali membiarkan api di tongkatnya menyambar. Ramsey Yoshiyama hanya bisa menghindar tanpa mampu berkutik. Dormand tersenyum puas melihat ketakjuban di wajah musuhnya.

Namun keadaan menguntungkan itu tak berlangsung lama. Beberapa saat kemudian, Ramsey melakukan serangan balasan dengan gerakan tercepat yang pernah Dormand lihat. Dormand meringis. Darah mengucur dari balik zirahnya. Sial. Sarung tangan tajam itu!

Rasa nyeri yang dialami Dormand membuatnya berhenti selama beberapa saat. Tamat riwayatku kalau tidak ada zirah ini. Pertarungan ini harus segera kuselesaikan.

Namun lagi-lagi dengan kecepatan yang luar biasa itu, Ramsey melempar lima buah pisau api sekaligus ke arah Dormand.

Dormand pun memaksa dirinya untuk kembali fokus ke pertarungan untuk menangkis pisau-pisau itu. Tidak mungkin lemparan manusia bisa secepat ini. Ia pasti menambah elemen angin melalui sarung tangan sialnya itu. Satu. Dua. Tiga. Empat. Dormand menghitung pisau-pisau yang berhasil ditangkisnya. Namun yang ke lima luput dari matanya. Pisau ke lima itu menembus zirah Dormand dan menancap di pundak kirinya. Rasa panas dan sakit yang luar biasa menyerang Dormand Virian. Dengan segera ia cabut pisau itu sebelum apinya menyebar.

“Kau petarung yang hebat, Dormand Virian,” puji Ramsey terus terang. “Tapi sebagaimana petarung hebat lain dari Isvar, kau melakukan satu kesalahan fatal. Kau membiarkan zirah itu menghambat gerakanmu.”

“Tapi zirah ini yang membuat kami menang melawan kalian.”

“Kalian menang karena memiliki mutan-mutan itu. Bisa apa kalian tanpa mutan yang kalian sebut wildur itu?” Ramsey kembali melakukan gerakan. “Sekarang akan kutunjukkan betapa tidak bergunanya zirah yang kaukenakan itu bagiku.”

Ramsey merentangkan tangannya. Di detik yang sama, baju hitamnya sobek oleh pisau-pisau yang berhambur keluar dari balik baju itu. Dormand sama sekali tak menyangka ternyata begitu banyak pisau kecil yang Ramsey siapkan di balik pakaiannya. Ramsey lalu menggerakkan kelingking kanannya, dan pisau-pisau yang tadi ia lemparkan beterbangan dan kembali padanya. Termasuk pisau-pisau yang tadi membunuh rekan-rekan rahanak Dormand. Pisau-pisau juga berdatangan dari arah lain dengan jumlah yang tidak sedikit. Brengsek. Sudah berapa banyak prajurit yang telah ia bunuh? Kini pisau-pisau melayang mengelilingi Ramsey.

“Aku mengerti jika para ahli eremento mampu mengendalikan beberapa pisau sekaligus dengan elemen yang diingingkan menggunakan sarung tangan yang kaukenakan itu,” kata Dormand. “Tapi aku tak pernah menyangka, ada orang yang bisa mengendalikan ratusan pisau sekaligus hanya dengan satu gerakan. Pantas saja kau begitu ditakuti.”

“Sebenarnya tidak sedikit juga bayangan Girima yang bisa mengendalikan pisau sebanyak ini. Hanya saja kalian beruntung bisa terlebih dahulu menghabisi mereka sebelum mereka sempat mengerahkan kemampuan seperti ini.”

Lihat selengkapnya