REY berhasil kembali membuat Dominic terjerembab ketika ia mendengar gemuruh di kejauhan. Ia pun melihat ke arah suara dan menemukan pasukan kolvar bersama wildur mereka mulai menyerang kota.
“Dasar pengecut,” umpat Dominic. “Apa nyali kalian sudah sebegitu merosot hingga langsung memanggil mutan-mutan sial itu?”
Rey tak menjawab. Bahkan dalam hati, ia merasa sependapat dengan sang jenderal Hashin. Rey yang sejak awal sudah tidak setuju dengan gagasan langsung menyerang Girima menggunakan wildur hanya bisa berharap raut kekecewaannya tak terbaca oleh Dominic Sekai. Biar bagaimanapun, tindakan yang didalangi oleh pemerintah Irion ini jauh dari rasa kemanusiaan. Wildur seharusnya digunakan ketika keadaan benar-benar terdesak bagi Isvar.
Akan tetapi, Rey masih bisa melihat seringai tipis di bibir Dominic. “Masih bisa tersenyum kau?”
“Kalian kira selama lima tahun berperang kami tidak melakukan apa-apa untuk mengantisipasi kekuatan monster kalian itu?”
“Memangnya apa yang sudah kalian siapkan?”
Dominic lalu mengambil radio dari sakunya dan berbicara dengan nada memerintah dalam bahasa Hashin. Rey memang benar-benar buta akan bahasa Hashin, namun ia tahu apa pun yang barusan diperintahkan Dominic, Isvar bisa jadi sedang berada dalam bahaya.
SEBAGAIMANA para kolvar lain terhadap wildurnya, Lid memerintahkan Reyna menyerang kota Girima tanpa ampun. Bala tentara Hashin mulai kocar-kacir, baik itu anggota militer maupun Bayangan Girima. Kombinasi serangan phoenix melalui udara dan golem melalui darat terbukti merupakan siasat yang tepat untuk bisa benar-benar menaklukkan kota besar ini, bahkan menghancurkannya bila perlu.
Tidak. Itu benar-benar tidak perlu.
Para verdian dan rahanak segera menepi dan memberi kesempatan bagi para kolvar melancarkan aksi mereka. Beberapa dari pasukan lawan mulai mencoba memberi perlawanan. Namun upaya mereka tidaklah berarti bagi para wildur.
Sandra Vigor bersama golemnya adalah yang paling tak kenal ampun dari semua kolvar. Ia meneriakkan perintah untuk menghancurkan dengan begitu lantang. Tanpa ragu ia membunuh seluruh prajurit Hashin yang berada dalam jangkauannya layaknya menghabisi serangga. Bahkan ia membuat kerusakan-kerusakan yang tidak perlu seperti menghancurkan gedung dan kendaraan-kendaraan umum di sekitar. Tindakannya yang serampangan itu menyebabkan ia nyaris melukai rekan-rekannya sendiri. Namun kelihatannya ia tak terlalu ambil pusing soal itu.
Untuk saat ini, Isvar memegang kendali.
LAGI-LAGI dengan Varixul-nya, Arthur berhasil menumbangkan musuh-musuh yang mengadang jalannya. Tinggal sedikit lagi untuk bisa menjejakkan kaki di istana Vladimir Rui.
Lalu, terdengar gemuruh.
“Suara apa itu?” seorang rahanak perempuan bernama Catherina Hart bertanya.