DI saat yakin inilah akhir dari hidupnya, Lid didorong oleh seseorang yang bergerak dengan sangat cepat sehingga ia lolos dari maut. Tahu-tahu, ia menemukan dirinya berada dalam pelukan seorang verdian di atas sebuah rhuno.
“Bisa-bisanya kamu jatuh dari tubuh Reyna,” kata Rey.
“Siapa pun juga bisa terhempas kalau bergerak sebegitu cepat.”
Rey lalu membawa Lid sembunyi di balik sebuah gedung besar, menyaksikan energi itu yang lagi-lagi menghabisi sekian banyak kolvar.
“Reyna! Mana Reyna!?”
“Dia di sana, Lid,” sahut Rey menenangkan. “Dia bisa menghindar dari itu semua. Kamu melatihnya dengan baik.”
Ketika serangan itu berhenti, Lid pun segera memanggil Reyna dan menungganginya kembali. “Aku senang Kakak datang,” kata Lid.
Rey mengangguk. “Tetaplah dekat denganku, Lid. Situasi kali ini benar-benar gawat untuk kalian para kolvar.”
“Apa itu sebenarnya?” tanya Lid.
“Senjata baru mereka. Dirancang khusus untuk menghadapi wildur sehingga memperkecil kemungkinan untuk mengenai kawan sendiri. Kita harus mencari sumbernya untuk menghentikan serangan ini.”
Belum ada jeda dua menit, serangan itu pun datang lagi.
“Tetap dekat denganku, Lid!” kata Rey sembari membelakangi Lid dan meluncur ke arah datangnya energi-energi itu.
Tiba-tiba di ketinggian itu, seseorang menabrak Rey dari samping dengan rhuno miliknya. Rey pun terhempas dari Loch Ness-nya bersama pria itu.
“Sial! Masih hidup kau rupanya,” umpat Rey.
“Kau melakukan kesalahan seperti biasa, Reynold Drake,” kata Dominic yang penuh luka. “Kau selalu terburu-buru. Dan gerakan terburu-buru takkan mampu membunuhku.”