API di ruangan pun dengan cepat dipadamkan Vanessa menggunakan alat pemadam ringan terdekat sebelum semakin menyebar. Arthur kemudian mendekati Kaisar Vladimir Rui yang diawasi Ranca di pojok ruangan. Ia melangkah dengan perlahan agar pemimpin negara berusia lanjut itu tidak merasa takut.
“Sudah selesai. Ayo ikut dengan kami, Kaisar.”
“Mau kalian apakan aku di sana?”
Arthur menggeleng. “Entahlah. Saya hanya menjalankan perintah.”
Ranca terperanjat. “Arthur, wajahmu pucat sekali. Ah!?”
Arthur melepas zirah dan baju dalamnya. Lalu terlihat sebuah goresan lebar di perutnya disertai bau daging terbakar. Tubuh Arthur gemetar.
“Kalau tidak mengenakan zirah mungkin aku sudah mati,” katanya. Ia lalu menekan luka lebar itu menggunakan baju dalamnya. Ia meringis.
“Sepertinya kau mendapat balasan setimpal karena kebaikan hatimu menghargai nyawa orang lain,” ujar Vladimir Rui. “Tapi aku tak butuh kebaikanmu padaku.” Tiba-tiba ia mengeluarkan belati dari balik jubahnya dan mengarahkan belati itu ke lehernya sendiri.