Dragana

Jufan Rizky
Chapter #32

Chapter 31 - The Suspects

SEMUA orang yang Maffrey inginkan telah berkumpul dalam aula pertemuan di Gedung Utama Pemerintahan. Orang-orang itu adalah Cliff Theosson, Windhra Fulguresh, Orgosh Walmar, dan Varagar Perkins. Ruangan dijaga ketat oleh anggota-anggota Maffrey. Tidak satupun dari empat orang tersebut yang ia perbolehkan keluar.

“Detektif Rayes,” Cliff sudah berada di ujung kesabarannya, “saya tidak punya waktu banyak untuk ini. Sebagai presiden baru saya masih harus menandatangani beberapa berkas dan menghadiri beberapa rapat.”

“Saya yakin berkas dan rapat bisa menunggu, Pak Presiden baru,” jawab Maffrey. “Tapi tidak dengan kebenaran.”

“Kebenaran apa!?”

“Kebenaran yang telah dimanipulasi,” jawab Maffrey. “Kini status kalian berempat adalah tersangka kasus pembunuhan Frans Sullivan.”

Senyap. Sontak semua terdiam. Bahkan Cliff sekalipun.

“Begitu?” tanggap Varagar Perkins. “Bukankah dari bukti-bukti yang ada sudah jelas bahwa pihak Hashin yang bertanggung jawab atas tewasnya Frans Sullivan?”

Saatnya memilih kepingan berikutnya. Buka mata lebar-lebar.

“Izinkan saya menjelaskan,” Maffrey memulai. “Seperti yang sudah saya katakan, penyelidikan yang saya lakukan menegaskan bahwa tuduhan kita terhadap Hashin adalah keliru. Mengapa saya berkata demikian?

“Pertama: setelah saya cermati, patahan pedang yang ditemukan di lokasi kejadian ternyata tidak cocok dengan pedang pelaku dalam rekaman. Perhatikan.” Ia memberikan dua lembar kertas. Yang satu merupakan print-out rekaman kejadian perkara yang memperlihatkan pelaku dengan pedangnya setelah keluar dari kamar Frans Sullivan, dan satunya lagi kertas bergambar pecahan pedang yang ditemukan di lokasi kejadian. “Lihat baik-baik, Saudara-saudara, apakah bukti pecahan yang telah kita temukan cocok dengan pecahan pedang si pelaku?”

Maffrey memberikan kertas ketiga. “Ini adalah gambar rekaman yang sudah saya perbesar di bagian pedang pelaku sebelum ujugnya pecah. Bagi Anda yang belum tahu, salah satu ciri khas Bayangan Girima adalah mereka selalu menggunakan pedang yang bilahnya tertoreh kanji rumit Hashin seperti pecahan yang kita temukan. Ini merupakan tradisi mereka sejak Bayangan Girima berdiri.

“Tapi coba lihat gambar itu. Sama sekali tidak tertoreh apa pun di bilahnya. Itu hanya pedang biasa. Selama ini kita terlalu fokus pada bukti yang ada tanpa melihat lebih dalam. Tapi yah, tidak ada yang bisa sembunyi dari kebenaran. Serapi apa pun trik yang digunakan, kebohongan pasti akan tampak.”

Foto-foto itu berpindah dari tangan ke tangan. Mereka hanya bisa menganga tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

“Lantas dari mana si pelaku mendapat pecahan pedang Bayangan Girima itu?” tanya Varagar.

“Tentu dari salah satu lokasi perang melawan Hashin. Ternyata tidak sulit mencari pecahan pedang seperti itu. Sampai minggu lalu pecahan seperti itu masih dapat kita temukan di tempat yang pernah menjadi lokasi pertempuran. Termasuk Aesild sendiri. Dengan demikian bisa kita simpulkan pelaku sudah lama merencanakan pembunuhan ini.”

“Kalau begitu aku tentu tidak ada sangkut pautnya. Aku kan tidak ikut berperang!” Cliff meradang.

“Anda tidak sedang bicara dengan anak sekolah dasar, Pak Presiden. Orang berpengaruh dan kaya seperti Anda-anda semua tentu bisa dengan mudah mendapatkan pecahan itu asal tahu prajurit Isvar mana yang bisa dibayar tanpa banyak bertanya. Ah, kecuali Gallant dan Tuan Fulguresh yang bisa langsung mengambil pecahan itu di tengah perang, tentunya.”

“Lalu mengapa baru kau perlihatkan ini sekarang?” protes Cliff.

Maffrey nyaris tak percaya dengan pertanyaan yang keluar dari mulut Cliff Theosson barusan. Sesaat, ia nyaris kehilangan kendali. “Baru sekarang, Anda tanya? Mudah sekali kalimat itu keluar dari mulut Anda, Pak Presiden. Anda bahkan tidak memberi kami kesempatan untuk menyelidiki ini semua hingga tuntas dan langsung mengambil tindakan sembrono. Beberapa saat yang lalu Anda bahkan mengeluh ingin keluar dari sini karena alasan-alasan konyol. Dan Anda juga dengan seenaknya mengacuhkan permohonan pihak Hashin untuk bicara terlebih dahulu dan langsung memberi perintah menyerang tanpa pikir panjang.

Lihat selengkapnya