Dragana

Jufan Rizky
Chapter #9

Chapter 8 - Choices

TANGGUNG jawab yang dipercayakan kepada Arthur oleh Gallant membuatnya harus bekerja dari selesai rapat tadi siang hingga malam untuk persiapan perang. Mengurus segala keperluan tempur dari awal hingga akhir seperti ini merupakan hal baru bagi Arthur. Ia pun memaksa dirinya untuk lebih teliti dari hal terkecil. Hasilnya, semua berjalan lancar tanpa ada kendala berarti. Bahkan di luar dugaan Arthur, semua terlaksana tanpa ada satupun bantahan dan cibiran sebagaimana yang ia takutkan di awal. Tidak dari rekan yang tergolong senior sekalipun.

Kendaraan yang akan digunakan seperti rhuno—kendaraan khusus militer berkecepatan tinggi menyerupai sepeda motor yang dapat terbang di udara—dan kapal terbang besar untuk mengangkut para prajurit juga sangat diperhatikan oleh Arthur dari segi kondisi, pelumas, juga kecukupan bahan bakar berupa vidra yang telah diolah. Untuk persediaan dan persiapan senjata-senjata yang akan digunakan oleh tiap prajurit, Arthur menugasi masing-masing satu orang dari tiap divisi untuk memperhatikan dan mendata semua itu sesuai divisi mereka, lalu dilaporkan lagi padanya. Pedang-pedang dan tongkat-tongkat cadangan pun turut dipersiapkan sebagai pengganti jika nanti terjadi sesuatu pada pedang dan tongkat prajurit verdian dan rahanak. Hal serupa juga Arthur terapkan kepada prajurit pemula. Berkali-kali ia menekankan jangan sampai kehabisan peluru di medan pertempuran nanti. Luar biasa Anda bisa melakukan semua ini tiap hendak berperang, Gallant.

Semua selesai pada pukul 9 malam. Satu jam lebih cepat dari rencana. Arthur pun kemudian segera melapor kepada Gallant yang berada di lantai teratas kastel.

“Lapor. Persiapan telah selesai. Pasukan siap bertempur!”

Gallant mengangguk. “Berkas laporannya?”

Arthur pun memberikan laporan persiapan yang telah ia kerjakan tersebut. Gallant membacanya selama beberapa saat sambil mengangguk-angguk. Usai menutup laporan itu, ia berkata. “Kau melakukannya dengan sangat baik, Arthur. Terima kasih. Duduklah. Aku tahu kau lelah.”

Arthur melakukan yang diperintahkan. Dan ia memang butuh itu.

“Bagaimana pengalaman pertama memimpin para prajurit?” tanya Gallant.

“Luar biasa,” jawab Arthur. “Syukurlah mereka semua mau bekerjasama.”

Gallant mengangguk. “Kau memang terlahir untuk memimpin, Arthur. Kurasa kini aku telah menemukan penggantiku.”

Ini bukan kali pertama Gallant berkata begitu. Cukup sering ia memuji Arthur begitu tinggi hingga akhirnya Arthur menjadi terbiasa dengan pujian-pujian itu. “Anda yakin bisa memenangkan pemilihan kali ini?”

Gallant menghela napas. “Manusia-manusia di Irion sudah tak sanggup lagi dengan peperangan yang terus-menerus terjadi, Arthur. Seseorang harus mengakhiri ini semua. Agar itu tercapai, dibutuhkan seorang pemimpin yang paham betul akan perang sekaligus politik.”

“Dan orang itu adalah Anda?”

“Kau ingin politikus lain yang jadi presiden? Cliff Theosson? Alexander Collins?”

Arthur tertawa. Begitu pula Gallant.

“Keyakinan amat diperlukan untuk memenangkan sesuatu, Arthur. Maka aku terus berkata kepada diriku sendiri agar tetap yakin bahwa aku bisa memenangkan ini sebagaimana aku selalu memenangkan pertarungan-pertarungan yang kuhadapi. Aku melakukan ini semua demi Irion yang lebih baik. Bukannya aku menganggap diriku ini manusia paling suci, tapi terus terang saja, aku tidak memercayai satu manusia pun lagi di pemerintahan.”

Kuharap itu tidak membuatmu menjadi ambisius dan arogan, Orgosh Walmar yang kuhormati. “Saya doakan yang terbaik untuk Anda dan negeri ini.”

“Kudoakan juga yang terbaik untukmu dan teman-teman di medan perang nanti,” jawab Gallant. “Apa kau benar-benar bersedia menggantikanku memimpin pasukan, Arthur?”

“Mengapa tiba-tiba Anda bertanya begitu?”

“Aku bisa merasakan keraguanmu. Dan aku tahu ideologimu bertentangan dengan rencana yang telah kita siapkan untuk Girima. Ingat, Arthur, aku tidak memaksamu untuk melakukan ini semua. Aku bisa meminta yang lain untuk menggantikanmu jika kau memang keberatan.”

Arthur tak tahu harus menjawab apa.

“Kau tahu, Arthur,” kata Gallant, “aku bukan tipe orang yang gampang percaya pada orang lain. Kebiasaanku melakukan semua sendiri membuatku sulit menggantungkan sesuatu pada orang lain bagaimanapun keadaannya. Sedikit sekali orang-orang yang bisa kupercaya untuk membantuku. Dan Arthur, kau adalah salah satu dari orang-orang yang sedikit itu.”

“Apa yang membuat Anda bisa begitu percaya pada saya kalau boleh tahu, Gallant?”

“Agak unik sebenarnya bagaimana aku bisa percaya padamu.”

Arthur mulai tertarik mendengarnya.

“Semua dimulai pada waktu itu,” Gallant memulai. “Ketika kau yang masih kecil melihat kami menggiringnya ke penjara.”

Air muka Arthur langsung berubah mengingat kejadian tersebut.

“Maaf, Nak. Bukan maksudku mengingatkanmu kembali akan peristiwa itu. Tapi di sanalah aku menduga, kemudian melihat dan yakin akan adanya seorang kesatria di dalam dirimu. Ketegaran. Tidak semua anak bisa setegar dan setenang itu setelah mengalami peristiwa yang begitu mengerikan. Bukan hal yang mengherankan sebenarnya, karena kau adalah seorang Alfrega. Ketegaran itu juga terbukti dari bagaimana caramu yang masih kecil melindungi ibumu darinya sebelum ia dibantai. Rasa keadilan dan sifat kepemimpinan seperti sudah tertanam dalam dirimu begitu kau lahir.

“Diam-diam aku terus mengikuti perkembanganmu hingga kau beranjak dewasa. Aku terus berkomunikasi dengan Paman Jay-mu dan menanyakan kabarmu. Dan darinya, keyakinanku akan dirimu kian terbukti. Selama bersekolah di Yara, kau terus ditunjuk menjadi ketua kelas dan juga pemimpin di berbagai organisasi yang kaugeluti. Tak hanya itu, sifat dan sikap kepemimpinanmu yang jujur dan adil membuatmu disukai banyak orang. Fisik dan kekuatan tubuhmu juga bagus karena kau sering membantu pamanmu di kebun. Setelah direkrut di sini pun, kau terus membuatku kagum. Apalagi dengan meningkatnya performa divisi Verdian sejak dirimu menjabat sebagai ketua. Semua itu jelas membuktikan bahwa kau memang bukan orang biasa, Arthur Alfrega. Kau terlahir untuk sesuatu.”

“Anda selalu berlebihan menilai saya, Gallant,” kali ini Arthur tersipu.

Gallant tertawa. “Aku berani bertaruh pasti sudah banyak orang yang berkata begitu padamu.”

Arthur tersenyum.

“Kau tahu dari mana namamu berasal, Arthur? Nama yang diberikan ibumu?”

“Dari nama tokoh di kisah terkenal pada era Bumi. Legenda seorang raja besar bernama Arthur dan pedang Excalibur-nya.”

Lihat selengkapnya