Dragana

Jufan Rizky
Chapter #11

Chapter 10 - The Shadow

BENAR kata pepatah lama: fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Ia merusak. Ia merugikan. Ia menyakiti. Ia juga membunuh.

Jonathan Kagemaru selalu percaya pada pepatah-pepatah lama. Karena selain kebenaran, di dalamnya tersirat pula moral serta keyakinan. Dan kali ini, ia belum pernah begitu sependapat akan pepatah-pepatah itu. Terutama pepatah tentang fitnah tadi. Terlebih ketika hal yang bahkan lebih menjangkiti daripada virus itu menyerang kelompoknya: Bayangan Girima, pasukan elit negara Hashin yang bertugas melindungi kaisar.

Sebagai ketua dari organisasi yang dijuluki pasukan kegelapan tersebut, Jonathan merasa berkewajiban untuk menyelidiki pencemaran ini lebih lanjut kemudian memberantas serta membersihkannya hingga ke akar. Karena Jonathan yakin, sekalipun ia tidak pernah memerintahkan anak buahnya untuk melakukan pembunuhan terhadap Frans Sullivan, Presiden Irion. Jonathan Kagemaru juga yakin bahwa sang kaisar, Vladimir Rui, pemimpin tertinggi negara Hashin, juga sama sekali tidak pernah memerintahkan anggota yang ia pimpin ini untuk melakukan tindakan gila tersebut tanpa sepengetahuannya. Gila dan tak masuk akal.

Jonathan yakin, ini semua murni fitnah apa pun tujuannya.

Meski waktu kejadiannya baru beberapa jam yang lalu, berita ini menyebar dengan cepat ke seluruh Zenna dan luar biasa menggemparkan Hashin. Wartawan dari berbagai media pun segera berdatangan menuju Istana Kaisar disusul rakyat yang mengamuk. Tak peduli meski waktu menunjuk pukul 2 lewat 15 dini hari. Anggota Bayangan Girima yang bertugas menjaga gerbang istana pun jadi sasaran amukan. Tapi itu semua masih bisa teratasi. Siapa yang tidak mengamuk ketika kedamaian yang baru saja diraih hilang dalam sekejap mata.

Bersama Jonathan dan sejumlah anggota dewan, sang Kaisar yang terkulai lemas mendengar kekacauan di luar sembari menonton berita di televisi yang sedang meliput situasi Istana Kepresidenan Irion yang kacau balau serta penuh darah. Yang menyayat hati adalah… kabar telah ditemukannya pecahan pedang berukiran kanji Hashin di dekat mayat mendiang Frans Sullivan.

Seluruh hadirin dalam balairung pun serentak menghujani Jonathan dengan tatapan tajam.

“Berapa kali harus kukatakan aku tidak pernah memerintahkan anak buahku untuk melakukan itu!” geram Jonathan.

“Tapi pedang dengan ukiran kanji seperti itu hanya dimiliki oleh kelompokmu,” ujar Glenn Oda, anggota dewan yang dari dulu terang-terangan membenci Bayangan Girima.

“Mungkin bukan anak buahmu, Tuan Kagemaru. Melainkan dirimu sendiri,” timpal Bradley Koyama, dewan penjilat yang bahkan lebih buruk daripada Glenn.

“Tidak. Bukan Jonathan,” ujar sang Kaisar ketika Jonathan hendak menjawab mereka berdua. “Dari petang sampai pukul 12 tengah malam tadi, Jonathan terus mengawasi pelatihan para rekrutan baru Bayangan Girima. Aku melihatnya sendiri dan berbicara dengannya selama beberapa jam sebelum kemudian kembali ke sini. Sementara waktu kejadian pembunuhan diperkirakan sekitar pukul 10 malam. Tidak mungkin ia pelakunya.”

“Apa ada yang hendak mengadu domba kita dan Irion?” Semua terdiam meresapi dugaan anggota dewan lainnya bernama Ron Tensai.

Kaisar memanggil beberapa pesuruhnya. “Sekarang juga hubungkan aku dengan Cliff Theosson.”

Mereka pun segera menyalakan monitor besar di hadapan Kaisar dan mencoba menghubungi pemerintahan Irion. Setelah menahan napas beberapa saat, akhirnya wajah Cliff Theosson tampak juga di layar. Pucat, berambut tipis, beruban, serta gempal. Tampak beberapa orang penting lain di belakangnya. Varagar Perkins, Alexander Collins, Orgosh Walmar, dan beberapa pejabat serta menteri-menteri lain yang Jonathan tidak begitu ingat nama-nama mereka.

“Salam, Wakil Presiden Cliff Theosson,” sapa Kaisar Rui.

“Salam, Kaisar Vladimir Rui,” balas Cliff. Wajahnya yang tadi tampak pucat sebagaimana yang selalu terlihat di layar televisi kini berubah menjadi merah menahan amarah. “Tentunya Anda sudah dengar berita terbaru, kan?”

Kaisar Rui mengangguk.

“Mengapa itu bisa terjadi?” Cliff bertanya langsung.

“Dengan segala hormat kami tidak tahu menahu soal itu, Tuan Theosson. Kami—”

“Bukti-bukti yang ada mengarah ke kalian, Kaisar Rui,” potong Cliff Theosson. “Ke pasukan khusus yang Anda banggakan itu. Kami punya rekaman kamera sekuriti yang bisa membuktikan semua itu.”

Kaisar menghela napas. “Bisa tolong diperlihatkan pada kami?”

“Sesuai keinginanmu, Kaisar.” Lalu wajah Cliff Theosson dan yang lain berganti menjadi gerbang istana dengan dua penjaga di depannya. Setelah itu, yang terlihat hanya pembantaian… oleh seseorang berpenampilan persis bayangan Girima.

Tidak.

Layar kembali menampilkan Wakil Presiden Theosson dan yang lain pada saat video berakhir. “Bagaimana Kaisar Rui yang terhormat?”

“Mari kita bicarakan ini, Tuan Theosson,” bujuk Kaisar. “Sekarang juga saya akan terbang ke sana dan—”

“Tidak akan ada perundingan!!” Seorang menteri berteriak di belakang Cliff. “Pembunuhan terhadap seorang pemimpin negara merupakan sebuah penghinaan besar!”

Yang lain pun menyusul. “Kau kira kami semurah itu!?”

“Seperti ini caramu menyikapi kedamaian yang telah kita sepakati!?”

“Kami tidak akan diam!”

Sialan.

Cliff Theosson menggeleng pelan, lalu memutuskan hubungan. Layar kembali hitam.

“Perang belum selesai,” ujar sang Kaisar.

KAISAR tidak berbohong mengenai apa yang terjadi. Kepada media dan masyarakat, ia menyampaikan bahwa ia tidak merasa memerintahkan anggota pasukan Bayangan Girima untuk membunuh Frans Sullivan. Jonathan pun membenarkan hal itu dan menyatakan hal yang serupa kepada mereka ketika dimintai keterangan. Ia juga berjanji kalaupun ada yang bertindak tanpa sepengetahuannya, ia takkan ragu memberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatan tersebut. Lalu yang terpenting, Kaisar Rui juga menyampaikan kepada media mengenai penolakan Cliff Theosson untuk diajak berunding.

Lihat selengkapnya