Drakula Bertato Celurit

Mulia Nasution
Chapter #13

Nasi Kotak yang Enak #13


Matahari merekah dengan sinar yang lembut, dan cahaya yang muncul mulai tersenyum, perak berkilauan sewaktu memantul pada dinding berkaca. Sinar terang matahari terasa hangat-hangat kuku pada saat dia menyentuh kulit tubuh orang-orang yang melintas di sana.

Bila matahari selalu setia datang pada pagi hari untuk menyapa warga bumi, seharusnya kesetiaan itu pula yang perlu dimiliki oleh sesama manusia terhadap orang-orang yang mereka sayangi. Tak pernah matahari datang terlambat menyapa makhluk bumi, bahkan selalu tepat pada waktunya, dan enggan ingkar janji akan kesetiaan. Kalaupun matahari sedang bermalas-malas—hanya cahaya terangnya yang redup. Tapi pada pagi hari ini matahari tak sampai redup seperti kerdipan kunang-kunang di malam hari. Sebaliknya, sekiranya matahari menunjukkan kemarahan, tak akan sampai membakar kulit tubuh orang yang kena siram oleh sinarnya. Matahari tak sampai membuat kulit makhluk bumi melepuh dan terkelupas dengan seketika, kecuali orang-orang di pantai yang berjemur siang hari yang terik sampai lama sekali dan berulang terus-menerus.

Pada saat pagi itulah sorot mata Bara meredup, yaitu tatkala ia memandangi matahari. Cahaya yang mekar di sekeliling menghangatkan suasana, bahkan meneguhkan semangat jiwa supaya kehidupan ini mengembara dengan mulus, terus kebahagiaan akan meliputinya. Sorot matanya akan takluk, dan tak mungkin untuk dapat mengalahkan sorotan matahari yang menguar kian deras. Seiring waktu yang beranjak dengan perlahan-lahan, putaran matahari menanjak ke arah yang lebih tinggi. Sudah tiga kali anak itu berlari-lari dengan langkah ringan di depan restoran, tapi ia belum melihat kesibukan yang menonjol di sana. Ia juga memperhatikan warung mungil di dekat restoran, namun pintu maupun jendelanya masih tertutup dengan rapat.       

Olah raga pagi memang menyegarkan bagi orang yang gemar olah tubuh seperti kegiatan Bara kali ini. Bergerak akan memberikan kesegaran yang bugar bagi tubuh pada saat sinar matahari masih lembut. Terutama pada saat hasil olah tubuh dengan gerakan yang lentur, biasanya terasa nyaman, dan enak pada lekukan sendi-sendi tubuh. Gerakan ringan dengan melangkah secara teratur itulah yang membuat otot tubuh terasa lentur seperti mesin mobil mendapat pelumas. Tentu saja bila tubuh bugar, hati ikut berubah jadi riang dan bergembira. Semua kegiatan akan dapat dijalankan dengan ringan, bersemangat, dan suasana hati senantiasa diliputi oleh keceriaan yang bersibak dari bunga dan tanaman. Akan lebih indah sewaktu hati diwarnai oleh senyum yang mekar, dan kebahagiaan meliputi seluruh jaringan tubuh yang sehat. Semua rintangan kaki dengan gerakan seberat apa pun, seolah-olah ringan bagi tubuh yang bugar dan jiwa yang tulus. Gerakan orang yang sehat ketika melompat, bisa saja begitu lincah—mungkin gerakannya dapat bergerak dengan liar, seperti gerakan tupai ketika melompat dari satu dahan ke dahan pohon yang lain.

Setelah melakukan kegiatan berlari-lari ringan, Bara berjalan perlahan-lahan dengan gerakan yang bervariasi bentuknya. Ia melakukan langkah kaki tergopoh menuju pulang ke rumahnya. Kalau menuntun kaki melangkah dengan gerakan tergopoh akan dapat memompa degup jantung dengan terlatih. Sekiranya pompa jantung mencapai kapasitas optimal, hasilnya bagus bagi peredaran darah di aorta tubuh, dan akan lebih lancar ke semua bagian tubuh yang membutuhkan darah. Begitu yang pernah dipelajari oleh Bara dari guru olah raga sekolahnya tempo hari.

Sesampai di rumah Bara mendapati Barumunsati sedang menikmati minuman kopi. Tinggal separuh gelas isi minuman kopi yang berada di dalam cangkir yang berbentuk bulat. Kopi Mandailing Arabica ini oleh-oleh dari sepupu Barumunsati—yang baru mudik dari Paraman Ampalu. Buah kopi dipetik di gugusan perbukitan Gunung Pasaman. Cita rasa kopi ini khas, dan memiliki kekentalan yang bagus. Keasamannya sedang, rasa floral tercipta dengan akhir rasa yang manis—terasa aroma kafein pada kecupan lidah. Kayu tempat kopi ditumbuk, biasanya terbuat dari kayu yang berbentuk bulat seperti lubang sumur. Beda antara lubang sumur dengan penampang alu, dapat ditandai dengan kedalaman sumur di atas permukaan dan pada bagian bawah yang sama besarnya. Sedangkan penampang alu tempat menumbuk kopi berbeda, karena permukaan alu lebar di bagian atas—makin ke dalam bentuknya mengecil dan meruncing. 

Biji kopi bulat digiling dengan penumbuk alu yang bentuknya panjang, lazimnya penumbuk alu itu terbuat dari kayu yang bulat. Permukaan alu biasanya licin dan mengilat, karena selalu berbenturan dengan tumbukan pada biji kopi yang telah sempurna dalam proses penjemuran sampai kering. Dasar alu terbuat dari kayu tua yang padat, kokoh, dan sangat keras. Pekerjaan menumbuk kopi dilakukan oleh kaum ibu, seusai musim panen kopi. Dari riwayat cerita yang berkembang, awal mula bibit Kopi Mandailing ini pada pertama kali dibawa oleh kolonial Belanda di awal abad ke-18 ke Tapanuli.

“Tadi saya lari-lari lima kali putaran dikalikan satu kilometer. Sekitar lima kilometer jauhnya. Lalu berjalan tergopoh empat kilometer. Rasanya sekarang tenggorokan saya haus juga, Ayah,” kata Bara kepada Barumunsati, seraya memindahkan gelas kopi.

“Seharusnya kamu dapat menambah kecepatanmu untuk lari, Bara. Supaya dalam jarak lima kilometer kamu dapat menempuhnya dengan waktu tiga menit. Berlatihlah secara teratur setiap hari, dan berlatih penuh dengan disiplin diri,” balas Barumunsati sambil tersenyum. “Hasil kecepatanmu lari nantinya akan lebih bagus, apalagi kalau cara berlatihmu dilakukan dengan benar, dan hitungan lari dapat kamu ukur secara tepat pula. Bila memang caramu membakar kalori dan lemak jahat…, terukur sesuai dengan takaran yang tepat—kelak hasil olah tubuhmu akan dapat mencapai kebugaran yang optimal. Kamu dapat merasakan semuanya jadi indah. Pada seluruh bagian tubuhmu seperti tercipta ketenangan dan kebugaran. Akan lenyap perasaan pedih, atau penyesalan, atau rasa sunyi dari hidupmu.”

“Sekarang tubuh Bara makin sehat kan, Ayah!” jawabnya dengan bangga. “Juga jauh dari rasa sunyi dan penyesalan kok.”

“Tentu saja. Pada saat tubuh orang yang sehat menggeliat, biasanya akan lebih nyaman rasanya. Postur tubuhmu pun dapat lebih langsing dan sehat. Hasil olah semua itu, berkat ketepatan cara sewaktu kamu menjalankan olah tubuhmu. Olah tubuh oleh para yunior sepertimu hasilnya akan lebih cepat terasa, sebab tubuhmu masih dalam tahap pertumbuhan,” kata Barumunsati sambil memainkan tangan kanannya seolah-olah memberi instruksi.

“Di dekat Jalan By Pass, ternyata cukup ramai kendaraan yang melintas. Di sana nggak ada lintasan untuk berolah raga, Ayah. Bara terpaksa berlari-lari ringan di pinggir kali di dekat restoran khas Manado. Berlari-lari pada pagi hari akan jauh lebih nyaman daripada tidur-tiduran dengan malas. Terus-terang, Bara nggak mau bermalas-malas seperti lagak pangeran yang manja.”

“Kenapa kamu tidak pergi berolah raga ke Pulomas saja? Di depan Pacuan Kuda kan ada lapangan yang besar. Gratis kan kalau ada orang yang berjalan dengan tergopoh, atau berolah raga di sana.”

“Belum terpikirkan oleh Bara kalau mau ke Pacuan Kuda. Lain waktu saya akan ke sana untuk berolah raga. Mantap betul usulanmu itu, Ayah.”

“Tadi kamu tidak pamit saat pergi ke luar rumah, Nak.”

“Bara sudah izin sama Kak Gumontar, Ayah. Sebelum beranjak pergi, Kak Gumontar saya minta untuk mengunci pintu rumah dari dalam. Ayah masih terlelap tidur sewaktu Bara beranjak dari rumah ke arah By Pass. Sepertinya…, tubuh Ayah capek deh. Tubuhmu terkesan lelah dan lesu.”

“Hanya sekadar lelah pikiran!”

“Apakah minum kopi dapat melarutkan pikiran yang capek, Ayah?”

“Eh, jangan kamu meminum kopi itu, Bara,” kata Barumunsati saat melihat Bara meraih gelas. “Bila kamu mau kopi, silakan buat sendiri ya. Masih ada sisa air panas di termos yang berwarna biru di dapur kita.”

“Bara lebih suka minum teh, Ayah. Teh hitam dengan cita rasa yang agak pahit, terasa lebih nikmat pada lidah.”

“Kalau mau minum teh juga boleh.”

“Bubuk teh yang diseduh, lalu meminumnya dengan sedikit gula, nikmat sekali. Minum teh bisa bikin tubuh Bara berkeringat.”

“Teh juga bagus buat kesegaran tubuh. Bubuk daun teh kan berasal dari tanaman teh, biasanya diolah oleh pabrik besar. Ada juga teh melati. Teh melati ini dibuat dengan mencampur kuncup melati yang hendak mekar. Diolah dengan bercampur daun teh. Nah, sebelum mencampur dengan kuncup melati, biasanya daun teh mengalami proses pelembapan dulu. Supaya harum melati dapat menempel pada daun teh yang bentuknya tipis.”

“Cara mengolah daun teh sampai menjadi bubuk, ternyata tidak sederhana seperti pada saat kita meminumnya ya, Ayah!”

“Teh itu bisa kamu campur dengan susu seperti susu Cap Bendera. Kalau kamu mau buat roti, mentega penyedapnya masih tersimpan di tudung saji ya, Nak.”

“Kalau Bara mau menyantap es krim Flipper, boleh kan, Ayah?”

“Jangan terlalu banyak menyantap es krim. Gigimu kan masih lunak. Kalaupun kamu mau minum es, kasih jeda agak lama waktunya. Masa jeda sesudah makan nasi itu harus. Tak bagus buat pencernaan bila sesudah makan seperti makan nasi dan lauk-pauk, lalu minum air es yang dingin sekali. Makanan di dalam perutmu bisa membeku saat bercampur dengan air es yang dingin.”

“Ini kan es krim, Ayah. Berbeda kalau minum teh manis dingin sesudah kita menyantap makanan seperti nasi, kan!”

“Yang penting kamu harus sarapan pagi dulu. Boleh makan roti tawar yang dikasih polesan mentega Blue Band. Oh ya, mentega Blue Band baru saja meluncurkan kemasan yang terbaru, loh.”

Masak?”

“Kamu lihat pada kalengnya, hadir anak laki-laki yang sedang memakan roti tawar dengan olesan mentega dan senantiasa lezat. Senyum bintang iklannya begitu menawan hati, sepertinya dapat menarik bagi minat orang untuk membeli, Nak.”

“Oh, Bara baru ingat. Tubuh bintang iklannya kan sebesar tubuh Bara, Ayah!”

“Mungkin wajah bintang iklannya hampir mirip dengan wajahmu. Tapi besar tubuh kalian berbeda kok.”

“Begitu, ya?”

“Oh ya…, Kakakmu Gumontar tadi sudah memasak nasi di atas Kompor Hok. Ia juga memasak gulai Ikan Limbek. Ikan sale itu dibawa oleh sepupu Ayah dari kampung. Tadi gulai Ikan Limbek ia masak pakai santan kelapa tua, bercampur dengan cabai merah yang digiling sampai halus. Perencahnya umbi kentang, rimbang, dan kincung.”

“Ada kincung di dalamnya, ya? Pasti enak.”

“Kincung ini susah dicari di Jakarta, padahal gunanya cukup utama bagi citarasa masakan seperti gulai ikan. Kalau kuah masakan bercampur dengan kincung, rasa gulai lebih wangi dan sedap. Cobalah kamu nikmati dulu gulai pedas yang memakai perencah buah kincung, Ayah yakin kamu akan ketagihan. Aroma masakan itu lebih nikmat terasa di lidahmu, baunya menyedot ke dalam perut.”       

Lihat selengkapnya